Kamis, 26 Mei 2016

ORGANISASI KURIKULUM

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penyusun panjatkan khadirat Alloh SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ORGANISASI KURIKULUM. Penyusunan makalah ini bertujuan memenuhi salah satu tugas mata kuliah PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI.
            Perkembangan pendidikan ditentukan oleh perkembangan dari peserta didiknya, oleh karena itu seorang guru dan para calon guru harus mempersiapkan dan berusaha untuk meningkatkan kualitas peserta didiknya baik dari segi apektifnya maupun dari segi kognitifnya. Selain itu juga harus mempersiapkan kemungkinan – kemungkinan atau masalah yang akan muncul dari peserta didik dan berusaha untuk mencari penyelesaian masalahnya.

Penyelesaian  makalah ini tentu saja tidak lepas dari dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat :
1.        Bapak Rahmat M.Pd.I selaku Dosen mata kuliah Pengembangan Kurikulum Pai yang selalu memberikan ilmu, pengalaman, motivasi;
2.        teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat, dukungan dan ilmunya;
3.        seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati penyusun menyadari bahwa hasil yang dicapai dari makalah ini, masih jauh dari sempurna dan banyak kekuranganya, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan. Akhir kata penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun pribadi maupun pembaca sekalian dan mudah-mudahan amal baik kita mendapat ridho dan magfiroh-Nya. Amin.

                                                                                                            
                                                                                    Malang, 10 Maret 2016


                                                                                                     Penyusun

DAFTAR ISI
Cover …………………………………………………………………………………………...…1
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………...…….2
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………….3
Bab I ………………………………………………………………………………………………4
Latar Belakang ……………………………………………………………………………………4
Rumusan Masalah ………………………………………………………………………………...4
Tujuan Makalah …………………………………………………………………………………..5
Kegunaan Makalah ……………………………………………………………………………….5
Bab II Pembahasan ……………………………………………………………………………….6
Organsasi Kurikulum ……………………………………………………………………………..6
Re-Organisasi Kurikulum ……………………………………………………………………….12
Faktor-faktor Kurikulum …………………………………………………………………….......14
Bab III Penutup ………………………………………………………………………………….16
Kesimmpulan ……………………………………………………………………………………16
Saran …………………………………………………………………………………………….16
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………………...17


BAB I 
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
       
Tentu telah kita pahami bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang sangat diperlukan dalam dunia persekolahan. Tanpa adanya sebuah kurikulum, dipastikan proses pendidikan tidak akan terarah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.  Guru akan kesulitan menjabarkan urutan dan cakupan materi pembelajaran yang ditempuhnya, proses pembelajaran yang diselenggarakan, alat/media yang digunakan, penilaian yang perlu dilakukan, dsb.   Salah satu hal yang penting kurikulum adalah organisasi kurikulum itu sendiri. Organisasi kurikulum adalah  struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada murid (Nurgiyantoro, 1988:111). Menurut Nasution (1982:135), organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun dan disampaikan kepada murid-murid. Struktur program dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur horizontal dan struktur vertikal. Struktur horizontal berkaitan dengan bagaimana bahan/mata pelajaran diorganisasikan/disusun dalam pola-pola tertentu. Adapun struktur vertikal berkaitan dengan sistem pelaksanaan kurikulum di sekolah.  Melalui organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan memiliki gambaran yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan cakupan materi, penyajian materi, serta peran guru dan murid dalam rangkaian pembelajaran. Cara pengembang kurikulum mengorganisasikan kurikulum akan berkaitan pula dengan bentuk atau model kurikulum yang dianutnya. Ketika Kita ditanya, ”Apa saja yang Kita pelajari semasa di SMP?”, jawaban Kita umumnya akan mengacu pada nama-nama mata pelajaran yang diajarkan. Kemudian, bila pertanyaan dilanjutkan dengan “Bagaimana kaitan antar-materi pelajaran yang Kita pelajari?”, Kita pun bisa jadi akan menjawab, “Wah, kadang-kadang tumpang tindih. Ada materi yang sudah dipelajari pada mata pelajaran yang satu, dibahas pula pada mata pelajaran yang lain.” Saudara, ilustrasi tersebut menggambarkan di antaranya bagaimana sebuah kurikulum diorganisasikan. Namun demikian, kita menyadari bahwa cara mengorganisasikan kurikulum itu bermacam-macam. Tidak satu cara. Masing-masing cara memiliki kekuatan dan kelemahan.  Sebagai guru atau pendidik, Kita pun berperan sebagai pengembang kurikulum yang perlu memahami dengan baik bagaimana kurikulum diorganisasikan. Oleh karena itu, pada makalah ini kita akan mempelajari seluk-beluk perngorganisasian kurikulum.

B.            Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, permasalahan yang akan diteliti dalam makalah ini adalah.
1.        Bagaimanakah cara yang dilakukan organisasi kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan?
2.        Bagaimana strategi pelaksanaan kurikulum?
C.           Tujuan Makalah
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah :
1.        untuk mengetahui pengertian organisasi kurikulum;
2.        untuk mengetahui ciri-ciri organisasi kurikulum;
3.        untuk mengetahui jenis-jenis organisasi kurikulum;
4.        untuk mengetahui kelebihan-kekurangan organisasi kurikulum;

D.           Kegunaan Makalah

Dalam penyusunan makalah ini, terdapat sesuatu yang bermanfaat bagi penyusun dan pembaca, baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis penyusun atau pembaca dapat menambah ilmu pengetahuan yang bisa berguna dalam kehidupan sehari – hari, berkelompok atau berorganisasi, dan secara praktis penyusun dan pembaca dapat menjadi suatu acuan yang berguna bagi :
1.        Penyusun
a.       menambah pengetahuan tentang organisasi kurikulum;
b.      mengetahui bagaimana cara pencapaian tujuan pendidikan melalui organisasi kurikulum;

2.        Pembaca
a.       memberikan informasi tentang organisasi kurikulum dan cara pencapaian tujuan pendidikan melalui organisasi kurikulum;

BAB II
PEMBAHASAN
ORGANISASI KURIKULUM

A.  Bentuk Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan disampaikan kepada murid-murid, merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak dicapai. Hal tersebut dilakukan, karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara menyajikannya kepada murid-murid.[1]
Ada beberapa bentuk organisasi kurikulum yang masing-masing memiliki ciri tersendiri, diantaranya :
  1. Kurikulum Mata Pelajaran (isolated subjects atau subject matter curriculum)
Kurikulum Mata Pelajaran merupakan kurikulum yang tertua dan banyak digunakan disetiap negara. Kurikulum ini digolongkan sebagai bentuk kurikulum yang masih tradisional. Organisasi ini berbentuk mata-mata pelajaran yang disajikan dan diberikan kepada para siswa secara terpisah-pisah satu sama lain.[2]
Ciri-ciri subject matter curriculum diantaranya :
  1. Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain, masing-masing berdiri sendiri.
  2. Tiap mapel seolah-olah tersimpan dalam kotak tersendiri dan diberikan dalam waktu tertentu.
  3. Hanya bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan dan mengabaikan perkembangan aspek tingkah laku.
  4. Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapi para siswa.
  5. Bentuk kurikulum tidak memperhatikan kebutuhan, masalah, dan tuntutan dalam masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang.
  6. Guru berperan paling aktif, siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum dan mengabaikan unsur belajar aktif di kalangan siswa.[3]
Subject matter curriculum mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya :
1)   Penyajian bahan pelajaran dapat disajikan atau disusun secara logis dan sistematis.
2)   Organisasinya sederhana, dan tidak terlalu sulit untuk direncanakan dan dilaksanakan.
3)   Mudah dievaluasi dan dites.
4)   Dapat digunakan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
5)   Guru mempergunakannya lebih mudah.
6)   Tidak sulit untuk diadakan perubahan-perubahan.
7)   Lebih tersusun dan sistematis.[4]
Subject matter curriculum mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya :
a)      Bahan pelajaran diberikan atau dipelajari secara terpisah-pisah , yang menggambarkan tidak ada hubungannya antara materi satu dengan yang lainnya.
b)      Bahan  pelajarannya tidak bersifat actual.
c)      Proses  belajar lebih mengutamakan aktivitas guru dan siswa cenderung pasif
d)     Proses  dan bahan pelajaran sangat kurang memperhatikan bakat, minat, dan kebutuhan siswa.
e)      bahan pelajaran yang sifatnya informasi sebagian besar akan diperoleh siswa dari buku pelajran dan siswa akan lebih banyak menghafal dalam mempelajari pengetahuan dan sifatnya terlepas-lepas sehingga kemampuan siswa kurang berkembang.
2.      Kurikulum dengan Mata Pelajaran Berkorelasi (Correlated Curriculum)
Correlated berasal dari kata correlation yang dalam bahasa indonesia berati korelasi yaitu adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya. Correlated curriculum Merupakan suatu pengaturan atau penyusunan mata pelajaran dengan cara menggabungkan dua atau lebih mata pelajaaran baik yang ada dalam bidang study maupunyang ada dalam bidang study lain.[5]
Ciri-ciri dari correlated curriculum, antara lain:
  1. Berbagai mata pelajaran dikorelasikan satu dengan yang lainnya.
  2. Sudah dimulai adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan permasalahan kehidupan sehari-hari, kendatipun tujuannya masih penguasaan pengetahuan.
  3. Sudah mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemampuan para siswa, meski pelayanan terhadap perbedaan individual masih sangat terbatas.
  4. Metode penyampaian menggunakan metode korelasi, meski masih banyak menghadapi kesulitan.
  5. Meski guru masih memegang peran aktif, namun aktivitas siswa sudah mulai dikembangkan.[6]
       Correlated curriculum mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya :
1)      Korelasi memajukan integrasi pengetahuan kepada murid-murid.
2)      Minat murid bertambah apabila ia melihat hubungan antara mata pelajaran dengan mata pelajaran.
3)      Pengertian murid-murid tentang sesuatu lebih mendalam, bila didapat penjelasan dari berbagai mata pelajaran.
4)      Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas karena diperoleh pandangan dari berbagai sudut dan tidak hanya dari satu mapel saja.
5)      Korelasi memungkinkan murid-murid menggunakan pengetahuan yang lebih fungsional.
6)      Korelasi antara mapel lebih mengutamakan pengertian dan prinsip-prinsip daripada pengetahuan dan penguasaan fakta-fakta.[7]
Correlated curriculum mempunyai beberapa kekurangan, diantaranya :
a)      Bahan ajaran yang diberikan kurang sistematis
b)      Kurikulum ini kurang menggunakan bahan pelajaran yang berhubugnan langsung dengan kehidupan nyata siswa.
c)      Kurikulum ini kurang memeperhatikan minat, bakat, dan kebutuahn siswa.
d)     Apabila prinsip penggabungan belum dipahami, kemungkinan bahan pelajaran yang disampaikan masih terlalu abstrak
3.      Kurikulum Terintegrasi (integrated curriculum)
Integrasi berasal dari kata integer yang berarti unit. Sedangkan integrasi merupakan perpaduan, koordinasi, harmoni, dan kebulatan keseluruhan. Integrated curriculum meniadakan batas-batas antara berbagai mapel dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit/keseluruhan. Apa yang diajarkan di sekolah disesuaikan dengan kehidupan anak di luar sekolah sehingga dapat membantu anak dalam mengatasi masalah-masalah kehidupan diluar sekolah.
Integrated curriculum mempunyai beberapa Ciri-ciri, diantaranya :
  1. Integrasi merupakan suatu keseluruhan yang bulat.
  2. Integrasi menerobos mata pelajaran .
  3. Integrasi didasarkan atas kebutuhan anak.
  4. Integrasi didasarkan pada pendapat-pendapat modern mengenai cara belajar.
  5. Integrasi memerlukan waktu yang panjang.
6.      Integrasi direncanakan bersama oleh guru dan murid.[8]
Integrated curriculum memiliki beberapa keuntungan, diantaranya :
1)      Segala sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian erat
2)      Sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar
3)      Memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat
4)      Sesuai dengan paham demokrasi
5)      Mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan murid, sebagai kelompok maupun sebagai individu.[9]
Integrated curriculum memiliki beberapa keuntungan, diantaranya :
a)      Ditinjau dari ujian akhir atau tes masuk yang uniform, maka kurikulujm ini akan banyak menimbulkan keberatan
b)      Kurikulum ini tidak memiliki urutan yang logis dan sistematis
c)      Diperlukan waktu yang banyak  dan bervariasi sesuai dengan kebutuhan siswa maupun kelompok
d)     Mempelajari bahan pelajaran melalui pemecahan masalah dengan cara memadukan beberapa mata pelajaran secara menyeluruh dala menyelesaikan suatu topic atau permasalahan
e)      Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya secara individu.
f)       Kurikulum di bust oleh guru dan siswa sehingga memerlukan kesiapan dan kemampuan guru secara khusus dalam pengembnagn kurikulum ini.
g)      Bahan pelajaran tidak bersifat sederhana
h)      Dapat memungkinkan kemampuan yang di capai siswa akan berbeda secara mencolok

4.      Kurikulum Inti (core curriculum)
Merupakan rangkaian pengalaman yang saling berkaitan, direncanakan secara kontinyu dan terus menerus sebelum dan selama dijalankan, didasarkan atas masalah atau problema, bersifat pribadi dan sosial dan diperuntukkan bagi semua siswa termasuk pendidikan umum.[10]
Core curriculum merupakan bagian dari seluruh program pendidikan yang dianggap penting, fundamental dan essensial yang harus diberikan kepada setiap murid agar mereka menjadi warga negara yang berharga, berguna serta efektif. Jadi core curriculum mempunyai arti yang sama dengan pendidikan umum.
       Core curriculum mempunyai beberapa Ciri-ciri, diantaranya :
  1. Core pelajaran meliputi pengalaman-pengalaman yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan semua siswa.
  2. Core program berkenaan dengan pendidikan umum untuk memperoleh bermacam-macam hasil (tujuan pendidikan).
  3. Berbagai kegiatan dan pengalaman core disusun dan diajarkamdalam bentuk kesatuan, tidak dibatasi oleh garis-garis pelajaran yang terpisah.
  4. Core program diselenggarakan dalam jangka waktu yang lebih lama.[11]
Core curriculum memiliki beberapa keuntungan, diantaranya :
  1. sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian erat Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar.
  2. Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.
  3. Kurikulum ini sesuai dengan paham demokrasi.

  1. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat.[12]
  2. Prosedur pengorganisasian Kurikulum
Dalam pemilihan dan re-organisasi isi kurikulum ini diperlukan suatu prosedur (tata kerja) tertentu yang meliputi:
  1. Prosedur Employee
Prosedur ini bersifat umum. Dalam prosedur ini, peran guru sangat penting, karena pemilihan dan pengorganisasian isi kurikulum ditentukan berdasarkan penguasaan isi kurikulum tersebut dikalangan guru, baik secara perorangan maupun kelompok dan harus dipertimbangkan faktor kepercayaan guru terhadap materi tersebut dalam manfaatnya bagi para siswa.
2.      Prosedur Buku Pelajaran  (the textbook procedure)
Dalam prosedur ini, pemilihan isi kurikulum didasarkan pada materi yang terkandung didalam sejumlah buku pelajaran yang telah dipilih oleh sebuah panitia tertentu. Hal ini diasumsikan karena buku-buku tersebut ditulis dan disusun oleh seorang ahli dalam bidang tertentu. Pada umumnya buku telah disusun secara sistematis dan logis, maka hal ini dapat mempermudah guru dalam menjalankan tugasnya, membantu murid dalam mempelajari pelajaran tersebut, serta memberikan rasa aman pada orang tua.
3.      Prosedur Survei Pendapat
Dalam prosedur ini, pemilihan, pengorganisasian, atau reorganisasi isi kurikulum dilakukan dengan mengadakan survei atau penelitian terhadap pendapat berbagai pihak. Cara yang ditempuh adalah dengan mengadakan angket atau wawancara terhadap berbagai kelompok masyarakat , seperti para ahli, guru, spesialis dalam pendidikan profesional, pemimpin dan tokoh masyarakat, masyarakat umum dan para siswa. Hasil dari survei inilah yang kemudian dijadikan isi kurikulum sekolah.
4.      Prosedur Studi Kesalahan
Prosedur ini dilaksanakan dengan mengadakan analisis terhadap kesalahan, kekeliruan, dan kelemahan dari pengalaman kurikuler. Misalnya dengan memerhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku yang diperoleh melalui kurikulum tersebut. Setelah kelemahan dan kesalahan yang diketahui terjadi diketahui, dilakukan perbaikan dengan materi kurikulum yang baru.
5.      Prosedur Mempelajari Kurikulum Lainnya
Prosedur ini dapat disamakan dengan metode “tambal sulam”. Dengan mempelajari kurikulum sekolah lain, guru atau sekolah dapat menerapkan dan menentukan isi kurikulumn untuk sekolahnya sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
6.      Prosedur Analisis Kegiatan Orang Dewasa
Melaui prosedur ini, terlebih dahulu diadakan studi terhadap berbagai kegiatan dalam kehidupan. Hal ini bertujuan untuk menemukan sejumlah kegiatan yang diperkirakan berguna dipelajari para siswa disekolah. Pada umumnya berbagai kegiatan yang dianalisis tersebut adalah kegiatan yang berkenaan dengan pekerjaan atau jabatan yang dilakukan oleh orang dewasa, selanjutnya diadakan identifikasi terhadap ketrampilan dari setiap jenis atau klasifikasi kegiatan, sehingga dapat disusun suatu program pengalaman kurikuler untuk diajarkan disekolah.
7.      Prosedur Fungsi-fungsi Sosial
Prosedur ini berkaitan dengan prosedur analisis kegiatan seperti yang diuraikan sebelumnya,  hanya mempunyai pandangan yang lebih luas. Masyarakat dewasa melakukan banyak sekali fungsi sosial dalam kehidupannya sehari-hari .
8.      Prosedur Minat dan Kebutuhan Remaja
Prosedur ini tidak bersifat individualistis, melainkan berdasarkan interaksi antara individu anak (remja) dan lingkungannya. Melalui interaksi tersebut, akan muncul berbagai macam minat dan kebutuhan, yang senantiasa sejalan dengan perkembangan para remaja tersebut.[13]

B.     Faktor-faktor dalam Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum dapat dipandang sebagai “one of the most potent factors in determining how learning proceeds” yaitu salah satu faktor yang paling penting yang menentukan bagaimana belajar akan berlangsung. Dalam organisasi kurikulum terdapat beberapa faktor yang perlu mendapat pertimbangan, yaitu:
  1. Masalah Scope
Scope atau ruang lingkup kurikulum berkenaan dengan ruang lingkup kurikulum atau bahan pelajaran yang harus diliputi. Scope menentukan apa yang akan yang akan dipelajari. Tiap organisasi kurikulum mempunyai scope tertentu yang saling berbeda, tiap kurikulum menyajikan bahan dan kegiatan serta pengalaman belajar yang berbeda-beda. Biasanya yang menetukan scope termasuk sequence (urutan) adalah para ahli pengembang kurikulum dibantu oleh ahli disiplin ilmu yang bekerja sebagai panitia yang diangkat oleh pemerintah, juga pengarang buku, penyusun program latihan atau kursus. Adakalanya hingga batas tertentu diberikan kebebasan kepada guru dan siswa untuk menentukannya.
2.      Masalah squence atau Urutan
Squence menentukan urutan bahan pelajaran yang disajikan, apa yang dahulu apa yang kemudian, dengan maksud agar proses belajar berjalan dengan baik. Biasanya guru berpegang pada urutan;
  1. Dari mudah kepada yang sulit,
  2. Dari yang sederhana kepada yang kompleks,
  3. Dari keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau sebaliknya,
  4. Dari yang diketahui kepada yang belum diketahui
  5. Mengikuti urutan kronologis dalam sejarah daridulu kepada masa sekarang atau sebaliknya,
  6. Dari yang konkret kepada yang abstrak,
  7. Dari contoh-contoh konkret kepada generalisasi.
3.      Masalah Kontinuitas
Dengan kontinuitas dimaksudkan bahwa bahan pelajaran senantiasa meningkat dalam keluasan dan kedalamannya. Dengan bahan yang telah dipelajari siswa dihadapkan dengan bahan yang lebih kompleks, buah pikiran yang lebih sulit, nilai-nilai yang lebih tinggi, sikap yang lebih halus, ketelitian yangyang lebih cermat, oprasi mental yang lebih matang. Bahan yang sama dapat dipelajari pada tingkat abstrak yang lebih tinggi, dengan menggunakan bahan yang telah dipelajari sebelumnya.
4.      Masalah Integrasi
Guru yang baik dengan sendirinya akan melakukannya dalammengajarkan mata pelajaran yang diberikan. Integarsi diharapkan akan terjadi juga atas usaha individu sendiri. Pengetahuan yang diperolehnya dari berbagai sumber akan saling dihubungkan, bila menghadapi suatu masalah. Namun integrasi ini akan dibantu dengan bahan pelajaran yang disajikan secara terpadu.
5.      Masalah Keseimbangan
Jumlah mata pelajaran dalam kurikulum cukup besar dan cenderung bertambah lagi dengan timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru. Keseimbangan ini dapat dipandang dari dua segi, yakni; keseimbangan isi atau tentang apa yang dipelajari dan keseimbangan cara atau proses belajar. Dalam menentukan keseimbangan isi, maka perlu dipertimbangkan betapa penting dan perlunya masing-masing mata pelajaran.
6.      Masalah Distribusi waktu
Kurikulum akhirnya harus dituangkan dalam bentuk mata pelajaran atau kegiatan belajar beserta waktu yang disediakan untuk masing-masing mata pelajaran. Sekolah menggunakan sistem kredit akan menggunakan jumlah kredit yang harus dipenuhi sebagai dasar untuk menentukan jumlah waktu yang disediakan.[14]
BAB III
PENUTUP
A.        KESIMPULAN
Adapun yang dapat disimpulkan dari makalah ini adalah Organisasi kurikulum merupakan hal yang terpenting dalam mencapai tujuan pendidikan, oleh sebab itu pengorganisasian dalam kurikulum sangat diperlukan dan diharuskan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Melalui organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan memiliki gambaran yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan cakupan materi, penyajian materi, serta peran guru dan murid dalam  rangkaian pembelajaran. Cara pengembang kurikulum mengorganisasikan kurikulum akan berkaitan pula dengan bentuk atau model kurikulum yang dianutnya.
B.         SARAN
Adapun saran yang ingin disampaikan adalah :
1.         Kepada para pendidik harus mampu mengorganisasikan kurikulum sehingga tujuan pendidikan bisa dicapai;
2.         Kepada para calon pendidik/guru semoga bisa mengambil pengalaman dari makalah ini mengenai Organisasi Kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta,2010.
Hamalik, Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2008.
http.//Luqmanmaniabgt.blogspot.com/2012/11/05/macam.macam-kurikulum-organisasi/html/        
Nasution, S,  Asas-asas Kurikulum, Jakarta : PT.Bumi Aksara, 2011.
Nasution, S, Pengembangan Kurikulum, Bandung :  PT. Citra Aditya Bakti, 1993.
Nurdin, Syafruddin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Press,2003.
Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar Baru Algesindo.



[1] S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta : PT.Bumi Aksara, 2011), hlm. 176
[2] Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung : Sinar Baru Algesindo), hlm. 52
[3] Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,(Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 155-156
[4] Syafruddin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press,2003), hlm. 45
[5] Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), hlm. 44
[6] Oemar Hamalik, hlm. 157

[7] S. Nasution, hlm. 194-195
[8] Ibid, hlm.198-200
[9] Ibid, hlm. 206
[10] S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung :  PT. Citra Aditya Bakti, 1993), hlm. 115
[11] Oemar Hamalik, hlm. 160
[12] http.//Luqmanmaniabgt.blogspot.com/2012/11/05/macam.macam-kurikulum-organisasi/html/.
[13] Oemar Hamalik, hlm. 161-166
[14] S.Nasution, hlm. 118-124

Tidak ada komentar:

Posting Komentar