Kamis, 26 Mei 2016

METODE PEMBELAJARAN (Mind Mapping-Brainstorming-Debat)

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penyusun panjatkan khadirat Alloh SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul DEBAT, BRAINTORMING, DAN MIND MAPPING. Penyusunan makalah ini bertujuan memenuhi salah satu tugas mata kuliah METODE PEMBELAJARAN PAI.
            Perkembangan pendidikan ditentukan oleh perkembangan dari peserta didiknya, oleh karena itu seorang guru dan para calon guru harus mempersiapkan dan berusaha untuk meningkatkan kualitas peserta didiknya baik dari segi apektifnya maupun dari segi kognitifnya. Selain itu juga harus mempersiapkan kemungkinan – kemungkinan atau masalah yang akan muncul dari peserta didik dan berusaha untuk mencari penyelesaian masalahnya.

Penyelesaian  makalah ini tentu saja tidak lepas dari dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat :
1.        Bapak Zaidun Naim, M.Pd.I selaku Dosen mata kuliah Pengembangan Kurikulum Pai yang selalu memberikan ilmu, pengalaman, motivasi;
2.        teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat, dukungan dan ilmunya;
3.        seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati penyusun menyadari bahwa hasil yang dicapai dari makalah ini, masih jauh dari sempurna dan banyak kekuranganya, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan. Akhir kata penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun pribadi maupun pembaca sekalian dan mudah-mudahan amal baik kita mendapat ridho dan magfiroh-Nya. Amin.

                                                                                                            
                                                                                    Malang, 01 April 2016


                                                                                                     Penyusun


DAFTAR ISI


COVER…………………………………………………………………………………………...1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………...2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..3
BAB I……………………………………………………………………………………………...4
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………..4
·         LATAR BELAKANG……………………………………………………………………4
·         RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………4
BAB II…………………………………………………………………………………………….5
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………....5
Ø  DEBAT…………………………………………………………………………………...5
Ø  BRAINTORMING……………………………………………………………………....7
Ø  MIND MAPPING………………………………………………………………………..9
BAB III1…………………………………………………………………………………………..9
PENUTUP1…………………………………………………………………………………...…19
v  KESIMPULAN....………………………………………………………………………19
v  SARAN…………………………………………………………………………………..19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...20











BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Proses pembelajaran saat ini kurang memiliki daya tarik. Kurang menariknya pembelajaran karena 2 hal. Pertama, pembelajaran yang dirancang oleh guru tidak dapat memacu keingintahuan siswa untuk membedah masalah seputar lingkungan sosialnya sekaligus dapat membentuk opini pribadi terhadap masalah tersebut. Kedua, guru memposisikan diri sebagai pribadi yang menggurui, belum memerankan diri sebagai fasilitator yang membelajarkan siswa.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di lingkup sekolah dibutuhkan berbagai variasi teknik yang harus dikuasai oleh seorang guru agar proses belajar yang tercipta di kelas menjadi lebih dinamis dan bernuansa interaktif. Selain itu, variasi teknik yang digunakan juga harus dapat membantu siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya dalam fase remaja sesuai dengan pedoman psikologi individu. Beberapa diantara tugas perkembangan tersebut menjadi landasan terciptanya metode pembelajaran kooperatif yang mengedepankan kerja sama dari para peserta didik sehingga tercipta nuansa kelas yang dinamis, interaktif, dan dapat menjadi faktor stimulan agar peserta didik dapat mengembangkan pola pikir yang kritis.
Hingga saat ini, terdapat berbagai macam model yang digunakan dari turunan metode pembelajaran tipe kooperatif. Salah satu dari model yang berkembang dan sering digunakan pada kegiatan belajar mengajar adalah debat. Debat digunakan pendidik dalam upaya menumbuhkembangkan pola pikir kritis dan kemampuan kerja sama antar peserta didik dalam bentuk kelompok. Perkembangan model pembelajaran debat saat ini masih barlangsung, bahkan model ini diterapkan hingga menjadi jenis kompetisi antar pelajar hingga tingkat dunia. Oleh karena itu, penulis mencoba membahas metode pembelajaran debat.

2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, maka yang menjadi permasalahan dan diungkapkan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
(1)   Bagaimana mekanisme metode pembelajaran debat?
(2)   Bagaimana efektivitas metode pembelajaran debat dalam meningkatkan partisipasi siswa.


BAB II
PEMBAHASAN

1. DEBAT
A. PENGERTIAN DEBAT
Berdasarkan beberapa kajian dan kasus yang dihadapi pada berbagai kondisi, dapat disimpulkan bahwa debat memiliki pengertian sebagai berikut:
a.       Debat adalah kegiatan argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara individual maupun kelompok dalam mendiskusikan dan memecahkan suatu masalah. Debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri
b.      Debat adalah suatu diskusi antara dua orang atau lebih yang berbeda pandangan, dimana antara satu pihak dengan pihak yang lain saling menyerang (opositif).
c.       Debat terjadi dimana unsur emosi banyak berperan. Pesertanya kebanyakan hanya hendak mempertahankan pendapat masing-masing dibandingkan mendengar pendapat dari orang lain dan berkehendak agar peserta lain menyetujui pendapatnya. Oleh karena itu, dalam debat terdapat unsur pemaksaan kehendak.
d.      Debat adalah aktivitas utama dari masyarakat yang mengedepankan demokratik.
e.       Sebuah kontes antara dua orang atau grup yang mempresentasikan tentang argumen mereka dan berusaha untuk mengembangkan argumen dari lawan mereka.

B. METODE PEMBELAJARAN DEBAT
Pada tingkat sekolah menengah atas, pola pikir siswa harus mulai dibangun membentuk karakter yang kritis dan cepat tanggap terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Biasanya, ketika siswa diajak memecahkan suatu kasus permasalahan yang menuntut sebuah keputusan untuk diambil, akan terbagi menjadi 3 buah kubu. Siswa kubu pendukung suatu keputusan (biasanya disebut kelompok Pro), siswa kubu penolak (kelompok Kontra), dan kubu netral yang mengambil sikap “cari aman” dengan tidak memilih pihak manapun.
Dengan pembelajaran metode debat, siswa dibentuk menjadi hanya dua jenis kelompok yaitu Pro dan Kontra. Berikut ini adalah langkah-langkah debat yang biasanya diterapkan di kelas dalam lingkup sekolah menengah atas:
1.      Guru membagi siswa menjadi dua kelompok peserta debat, yang satu pro dan yang lainnya kontra.
2.      Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan diperdebatkan oleh kedua kelompok di atas.
3.      Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian setelah selesai ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
4.      Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.
5.      Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkapkan.
6.      Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
Dengan adanya acuan teknis diatas, dapat dilihat bahwa model debat mengadopsi gabungan dari beberapa metode pembelajaran seperti Diskusi, Ceramah, dan Pembelajaran Kooperatif.

C. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE DEBAT
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran debat diantaranya adalah:
1)      Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.
2)      Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan.
3)      Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
Selain itu juga terdapat kekurangan dalam model pembelajaran debat, diantaranya adalah:
1)      Ketika menyampaikan pendapat saling berebut.
Terjadi debat kusir yang tak kunjung selesai bila guru tidak menengahi.
Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai berargumen hanya diam dan pasif.
2)      Menghabiskan banyak waktu untuk melakukan sesi debat antar kelompok.
3)      Perlunya tema yang mudah dipahami oleh siswa.
4)      Tema haruslah dapat diperdebatkan.
5)      Perataan siswa dalam kelompok terkadang tidak heterogen.


2. BRAINSTORMING
A. Pengertian Model Pembelajaran Brainstorming

Model pembelajaran Brainstorming dipopulerkan oleh Alex Faickney Osborn dalam bukunya Applied Imagination pada tahun 1953. Osborn mengemukakan bahwa kelompok dapat menggandakan hasil kreatifnya dengan Brainstorming. Brainstorming bekerja dengan cara fokus pada masalah, lalu selanjutnya dengan bebas bermunculan sebanyak mungkin solusi dan mengembangkannya sejauh mungkin.[1]
Salah satu alasan mengapa model pembelajaran ini efektif adalah para pemberi ide tidak hanya memberikan ide-ide baru, tetapi juga penggabungan dengan ide-ide orang lain dengan mengembangkan dan memperbaiki ide-ide tersebut. Istilah lain dari Brainstorming adalah curah pendapat.
Model pembelajaran Brainstorming (curah pendapat) adalah suatu model dalam pembelajaran untuk menghasilkan banyak gagasan dari seluruh siswa dalam kelompok diskusi yang mencoba mengatasi segala hambatan dan kritik. Kegiatan ini mendorong munculnya banyak gagasan, termasuk gagasan yang sembarangan, kurang masuk akal, liar dan berani dengan harapan bahwa gagasan tersebut dapat menghasilkan gagasan yang kreatif.
Brainstorming sering digunakan dalam diskusi kelompok untuk memecahkan masalah bersama. Brainstorming juga dapat digunakan secara individual. Sentral dari Brainstorming adalah konsep menunda keputusan. Dalam Brainstorming siswa dituntut untuk bisa menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya.

B. Aturan dasar dalam Brainstorming

Terdapat empat aturan dasar dalam Brainstorming , yaitu:
  1. Focus on quantity atau fokus pada kuantitas. Asumsi yang berlaku disini adalah semakin banyak ide yang dihasilkan, semakin besar pula kesempatan untuk menghasilkan solusi yang radikal dan efektif.
  2. Withhold criticism atau penundaan kritik. Dalam Brainstorming, kritikan atas ide yang muncul akan ditunda. Penilaian dilakukan di akhir sesi, hal ini untuk membuat para siswa merasa bebas untuk memunculkan berbagai macam ide selama pembelajaran berlangsung.
  3. Welcome unusual ideas atau sambutan terhadap ide yang tak biasa. Ide yang tak biasa muncul disambut dengan hangat. Bisa jadi, ide yang tak biasa ini merupakan solusi masalah yang akan memberikan perspektif yang bagus untuk kedepannya.
  4. Combine and improve ideas atau kombinasikan dan perbaiki ide-ide. Ide-ide yang bagus dapat dikombinasikan menjadi satu ide yang lebih baik.

C. Langkah-langkah Pembelajaran Brainstorming
Selanjutnya langkah-langkah model pembelajaran Brainstorming adalah sebagai berikut:
  1. Tahap Pemberian informasi dan motivasi (Orientasi)
Guru menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan mengajak siswa aktif untuk menyumbangkan pemikirannya.
  1. Tahap Identifikasi (Analisa)
Pada tahap ini siswa diundang untuk memberikan sumbang saran pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua saran yang masuk ditampung, ditulis dan tidak dikritik. Pimpinan kelompok dan peserta hanya boleh bertanya untuk meminta penjelasan. Hal ini agar kreativitas siswa tidak terhambat.


  1. Tahap Klasifikasi (Sintesis)
Semua saran dan masukan peserta ditulis. Langkah selanjutnya mengklasifikasikan berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bisa berdasarkan struktur/ faktor-faktor lain.
  1. Tahap Verifikasi
Kelompok secara bersama melihat kembali sumbang saran yang telah diklasifikasikan. Setiap sumbang saran diuji relevansinya dengan permasalahannya. Apabila terdapat sumbang saran yang sama diambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak relevan bisa dicoret. Kepada pemberi sumbang saran bisa diminta argumentasinnya.
  1. Tahap Konklusi (Penyepakatan)
Guru/pimpinan kelompok beserta peserta lain mencoba menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang disetujui. Setelah semua puas, maka diambil kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.

D. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Brainstorming

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Brainstorming adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan Model Brainstorming
  1. Ide yang muncul lebih banyak dan beragam karena siswa dengan bebas menyalurkan ide tersebut tanpa adanya kritik;
  2. Siswa berpikir untuk menyatakan pendapat karena kreatifitas tidak dibatasi;
  3. Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa;
  4. Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis dengan waktu yang terbatas;
  5. Apabila ada siswa yang kurang aktif akan mendapat bantuan dari temannya yang sudah pandai atau dari guru secara langsung;
  6. Dapat meningkatkan motivasi dalam belajar
2. Kekurangan Model Brainstorming
  1. Memerlukan waktu yang cukup lama dalam pelaksanaannya;
  2. Lebih didominasi oleh siswa pandai dan aktif, sementara siswa yang kurang pandai dan kurang aktif akan tertinggal;
  3. Guru tidak pernah merumuskan suatu kesimpulan karena siswalah yang bertugas untuk merumuskan kesimpulan itu;
  4. Tidak menjamin terpecahkannya suatu masalah, karena siswa tidak tahu pendapat yang dikemukakannya itu benar atau salah.

3. MIND MAPPING

1.        Pengertian Mind Mapping
Mind mapping atau peta pikiran adalah suatu tekhnik pembuatan catatan-catatan yang dapat digunakan pada situasi, kondisi tertentu, seperti dalam pembuatan perencanaan, penyelesaian masalah, membuat ringkasan, membuat struktur, pengumpulan ide-ide, untuk membuat catatan, kuliah, rapat, debat dan wawancara.[2]

Konsep Mind mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Menurutnya mind map adalah sistem penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa, yang sebenarnya ada dalam otak manusia yang menakjubkan.[3] Mind map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi keluar otak-Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita.

Pemetaan  pikiran yang dikemukakan oleh Buzan ini didasarkan pada kenyataan bahwa otak manusia terdiri dari satu juta juta sel otak atau setara dengan 167 kali jumlah manusia di bumi, sel-sel otak tersebut terdiri dari beberapa bagian, ada bagian pusat (nukleus) dan ada sejumlah bagian cabang yang memencar ke segala arah, sehingga tampak seperti pohon yang menumbuhkan cabang ke sekelilingnya.[4]

Kita bisa membandingkan mind map dengan peta kota. Pusat mind map miripdengan pusat kota. Pusat mind map mewakili ide terpenting. Jalan-jalan utama yang menyebar dari pusat mewakili pikiran-pikiran utama dalam proses pemikiran kita, jalan-jalan sekunder mewakili pikiran-pikiran sekunder, dan seterusnya. Gambar-gambar atau bentuk-bentuk khusus dapat mewakili area-area yang menarik atau ide-ide menarik tertentu.

Sama seperti peta jalan, Mind Map akan :
           Memberi pandangan meyeluruh pokok masalah atau area yang luas.
           Memungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihan-pilihan dan mengetahui ke mana kita akan pergi dan di mana kita berada.
           Mengumpulkan sejumlah besar data di suatu tempat.
           Mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan terobosan kreatif baru, Menyenangkan untuk dilihat,dibaca, dicerna dan diingat.

Mind Map juga merupakan peta rute yang  hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada mengunakan tekhnik pencatatan tradisional.

Konsep ini dikategorikan ke dalam teknik kreatif, karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang siswa miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Catatan yang siswa buat membentuk sebuah pola gagasan yang saling berkaitan, dengan topik utama ditengah dan sub topik dan perincian menjadi cabang-cabangnya, tekhnik ini dikenal juga dengan nama Radian Thinking. [5]

Dengan membuat sendiri peta pikiran siswa “melihat” bidang studi itu lebih jelas, dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna. Para siswa cenderung lebih mudah belajar dengan catatannya sendiri yang menggunakan bentuk huruf yang mereka miliki dan ditambah dengan pemberian warna yang berbeda disetiap catatan mereka. Dibandingkan dengan membaca buku teks mereka merasa kesulitan ketika persiapan akan menghadapi ujian.

Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Metode ini mempermudah memasukan informasi kedalam otak dan untuk kembali mengambil informasi dari dalam otak. Mind mapping  merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak.[6] Dengan metode mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.
Berikut adalah perbedaan antara Tulisan Biasa dan Mind Map :
a.       Tulisan Biasa
          Hanya berupa tulisan-tulisan saja
          Hanya dalam satu warna
          Untuk mereview ulang memerlukan waktu yang lama
          Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama
          Statis

b.      Mind Mapp
          Berupa tulisan, symbol dan gambar
          Berwarna-warni
          Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek
          Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif
          Membuat individu menjadi lebih kreatif

 Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.

Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind mapping.[7]

2.        Prinsip dan Ciri mind mapping
Mind mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon. Mind mapping ini didasarkan pada detail-detail dan suatu peta pikiran yang mudah diingat karena mengikuti pola pemikiran otak.

Semua mind map mempunyai kesamaan. Semuanya menggunakan warna. Semuanya memiliki struktur alami yang memancar dari pusat. Semuanya menggunakan garis lengkung, simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian Turan yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak. Dengan mind map, daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal.[8]

Rose dan Malcolm menambahkan strategi visual ini mempunyai beberapa ciri, diantaranya sebagai berikut :
a.         Menginat orang melalui penglihatan, mengingat kata-kata dengan melihat tetapi perlu waktu yang lebih lama untuk mengingat susunan atau urutan abjad jika tidak disebutkan awalnya.
b.         Jika memberi atau menerima penjelasan arah lebih suka memakai peta/gambar.
c.         Aktifitas reatif : menulis, menggambar, melukis merancang.
d.        Mempunyai ingatan visual yang bagus, dimana ketika kita ingat saat meninggalkan sesuatu dalam beberapa hari yang lalu. [9]

Menurut Buzan, teknik pembuatan catatan dan pengelompokan pikiran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan seluruh otak yang harus menyertakan tidak hanya kata-kata, angka, rangkaian dan juga garis-garis tetapi juga dengan warna, gambar-gambar, dimensi , simbol-simbol itulah peta pikiran atau mind mapping.[10]

B.     Langkah-Langkah Pembuatan Mind Mapp
Hal-hal yang harus dipersiapkan ketika akan membuat atau menggunakan metode mind mapping adalah :
             Kertas kosong tak bergaris.
             Pena atau spidol berwarna-warni.
             Otak dan imajinasi.
             Buku sumber sebagai salah satu sumber bagi siswa.

Hal-hal yang harus diperhatikan ketika akan membuat mind map, bahan bacaan yang berasal dari buku teks,[11] yaitu  :
ð  Membaca teks secara keseluruhan
Dengan membaca teks secara menyeluruh maka akan mengetahui isi cerita. Sewaktu membaca teks beri tanda pada kata-kata yang dianggap penting untuk mencatat di mind map;


ð  Mengenali tipe teks
Sebelum membuat mind map, maka harus menemukan desain yang cocok untuk masing-masing teks yang spesifik. Setelah membaca teks maka akan mengetahui desain yang sesuai untuk mind map yang akan dibuat. Secara sederhana sebuah teks dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok:
o   Komparasi (perbandingan)
Sebuah teks dikategorikan komparasi apabila teks tersebut terdapat perbandingan antara A dan B, antara yang baik dan yang  jelek dan sebagainya.



o   Kronologi atau rangkaian peristiwa
Teks tersebut mempunyai sebuah awal dan akhir yang jelas, misalnya biografi, sejarah, proses dan sebagainya. Desain ini biasanya sesuai dengan arah jarum jam.
o   Presentasi (paparan)
Apabila cerita tanpa permulaan atau akhir yang jelas, apabila kata-kata dipaparkan tanpa urutan yang khusus, maka bisa didesain sesuai dengan keinginan.
ð  Menulis mind map
Pada saat membaca maka telah memperoleh kata-kata penting yang telah diberi tanda, tahap ini adalah tahap menulis kata-kata penting pada mind map. Setelah menulis kata utama maka dihubungkan dengan garis hubung pada kata-kata yang menjadi cabang dari kata-kata utama.

Adapun langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut :
1.      Letakan kertas kosong tak bergaris dengan sisi panjang mendatar.
2.      Buat gagasan utamanya baik dalam tulisan, gambar atau foto untuk ide sentral.
3.      Hubungkan cabang-cabang utama ke topik utama dan hubungkan cabang-cabang utama pada ranting-ranting yang merupakan sub topik utama. Jumlah cabang akan bervariasi tergantung jumlah sub pokok pada materi tersebut. Usahakan setiap garis-garis cabang yang saling berhubungan hingga ke pusat gambar dibentuk tidak lurus agar tidak membosankan. Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu bergerak menjauh dari gambar utama untuk menandakan hirarki atau tingkat kepentingan dari masing-masing garis.
4.      Gunakan warna.
5.      Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis

C.     Kelebihan dan Kekurangan Mind Mapping
Menurut Mike Hernacki dan Bobbi Deporter, mind mapping memiliki manfaat diantaranya :
ð  Fleksibel
Didalamnya jika seorang pembicara tiba-tiba teringat untuk menjelaskan suatu hal tentang pemikiran, Anda dapat dengan mudah menambahkannya di tempat yang sesuai dalam Peta Pikiran Anda tanpa harus kebingungan.
ð  Dapat memusatkan pikiran
Anda tidak perlu berfikir untuk menangkap setiap kata yang dibicarakan. Sebaliknya, Anda dapat berkonsentrasi pada gagasannya.
ð  Meningkatkan pemahaman
Ketika membaca suatu tulisan atau laporan tekhnik, Peta Pkiran akan meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan tinjauan ulang yang sangat berarti nantinya.
ð  Menyenangkan
Imajinasi dan kreativitas Anda tidak terbatas dan hal itu menjadikan pembuatan dan peninjauan ulang catatan lebih menyenangkan.
Sedangkan menurut Buzan, mind map dapat membantu kita dalam sangat banyak hal. Berikut beberapa diantaranya :
ð  Merencana.
ð  Berkomunikasi.
ð  Menjadi lebih kreatif.
ð  Menghemat waktu.
ð  Menyelasikan masalah.
ð  Memusatkan perhatian.
ð  Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran.
ð  Mengingat dengan lebih baik.
ð  Belajar lebih cepat dan efisien.
ð  Melihat “gambar keseluruhan”.
ð  Menyelamatkan pohon. [12]

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu :
ð  Mind Map mampu meningkatkan kapasitas pemahaman dengan cara:
o    Melihat gambaran besar suatu persoalan sekaligus melihat informasi secara detail
o    Mengingat informasi yang kompleks lebih mudah. Informasi tersebut telah dikelompokkan sesuai dengan cara seseorang mengingat termasuk hubungannya dengan subjek yang sama atau berbeda.
o    Mengatasi informasi yang membludak karena telah ditata dan dikelompokkan sedemikan rupa. Secara mental hal ini juga membuat seseorang lebih terorganisir dan runtut dalam memahami sebuah persoalan.
ð   Mind Map mampu meningkatkan kemampuan seseorang dalam berimajinasi, mengingat, berkonsentrasi, membuat catatan, meningkatkan minat sekaligus mampu menyelesaikan persoalan. Hal ini dicapai karena Mind Map mengajarkan untuk melihat persoalan secara keseluruhan dan melihat hubungannya satu sama lain. Ini yang paling sulit dilakukan dalam catatan konvensional. Tidak hanya itu, dengan catatan ini maka manajemen belajar pun menjadi lebih mudah. Informasi baru dapat ditambahkan, dihubungkan, dan diasosiasikan kapan saja dengan informasi yang sudah ada sebelumnya.
ð  Mind Map dapat merangsang sisi kreatif seseorang lewat penggunakan garis lengkung, warna dan gambar. Ini membuat sebuah catatan sekaligus menjadi karya seni yang indah. Secara mental akan memudahkan kita untuk mengingatnya. Mind Map akan merangsang kemampuan membandingkan informasi yang ada baik berupa fakta, ide termasuk data statistik.
ð  Mind Map membantu seseorang membuat catatan yang menarik dalam waktu singkat. Selain itu, catatan ini mampu membuka pemahaman yang baik dan sisi kreatif dengan merangsang munculnya ide-ide dan insight baru, bahkan pada saat membuat catatan itu sendiri. Mind Map dapat pula menjelaskan sebuah tujuan, rencana, ide, maupun pemikiran secara jelas dan terstruktur.
ð  Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda atau mengingat detail secara mudah.
ð  Melihat hubungan antara gagasan dan konsep.
ð  Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
ð  Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
ð  Bekerjasama dengan otak siswa, bukan bertentangan dengannya.
ð  Menyingkirkan “format outline” yang membosankan, selamanya
ð  Dapat mengoptimalakan otak kanan dan otak kiri, karena mind map bekerja dnegan gambar, warna dan kata-kata sederhana.
ð  Dapat menghemat catatan, karena dengan mind map bisa meringkas satu bab materi dalam setengah lembar kertas
ð  Pembelajaran terkesan lebih efektif, dan efisisien, karena pada dasarnya cara kerja mind map sama dengan cara kerja dasar otak, yaitu tidak tersusun sistematis, namun lebih pada bercabang-cabang seperti pohon.
ð  Pola ini dapat mempermudah proses recall pada setiap apa yang pernah dipelajari.
ð  Dapat meningkatkan daya kreatifitas siswa dan guru, karena siswa/guru akan terangsang untuk mebuat gambar-gambar atau warna-warna pada mind map agar terlihat lebih menarik.
ð  Mempertajam daya analisa dan logika siswa, karena siswa tidak lagi dituntut untuk mencatat buku sampai habis kemudian menghapalnya. Namun lebih kepada pemahaman dan kreatifitas untuk dapat menghungkan topic umum dengan sub-sub topic bahasan.

 Sedangkan kekurangan model pembelajaran mind mapping:
ð  Hanya siswa yang aktif yang terlibat
ð  Tidak sepenuhnya murid yang belajar
ð  Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan






BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
1.      Metode pembelajaran debat termasuk metode pembelaran yang interaktif dan memaksa siswanya untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
2.      Metode pembelajaran debat efektif dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa

Model pembelajaran Brainstorming (curah pendapat) adalah suatu model dalam mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai suatu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok siswa dalam kegiatan diskusi.

2. SARAN
1.      Hendaknya sebagai guru kita selalu mencari inovasi baru dalam pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas
2.      Pembelajaran dengan menggunakan metode debat dapat dijadikan suatu cara untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa












DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2007. Kumpulan abstrak jurnal landasan. (Online),  http://kp2dkotabanjarbaru.com/?page_id=2, diakses 27 Maret 2012.
Anonim2. 2011. Hubungan Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SDN Ngaringin III Blitar, (Online), (http://www.scribd.com/doc/40716866/KTISkripsi-HubunganmotivasibelajardenganprestasibelajarsiswakelasIVSDNNgaringinIIIBlitar), diakses 30 Juli 2012.
Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Sulaeman. 2011. Revolusi dan Inovasi Pembelajaran Melalui Mobile Learning, (Online), (http://www.ispi.or.id/2011/03/20/revolusi-dan-inovasi-pembelajaran-melalui-mobile-learning/, diakses 7 Maret 2012..
Widodo, Rachmad. (2009). Metode Pembelajaran Debate (Debat). (Online, alamat: http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/06/model-pembelajaran-debate-debat/,diakses: 30 Januari 2013).
Yuanita, Eva. (2010). Model Pembelajaran Debat. (Online, alamat: http://rhum4hnd3soq.blogspot.com/2010/10/model-pembelajaran-debat-dan-word.html, diakses: 30 Januari 2013).
Alex Faickney Osborn, Applied Imagination,(1953)
Svantesson, (2004)
Buzan, (2009)
Deporter dan Hernacki, (2011)
Prayudi, (2008)
Iwan Sugiarto, (2004)
Rose dan Malcolm, (2006)



[1] Alex Faickney Osborn, Applied Imagination,(1953)
[2] Svantesson, (2004), hal. 1
[3] Buzan, (2009), hal. 12
[4] Ibid, 30
[5] Deporter dan Hernacki, (2011), hal. 152
[6] Prayudi, (2008)
[7] Iwan Sugiarto, (2004), hal. 76
[8] Buzan, (2005), hal. 6
[9] Rose dan Malcolm, (2006), hal. 77
[10] Buzan, (2003), hal. 122
[11] Svantesson, (2004), hal. 127
[12] Buzan, (2005), hal. 6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar