KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penyusun panjatkan khadirat Alloh SWT yang telah memberikan taufik
dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
ORGANISASI KURIKULUM. Penyusunan makalah ini bertujuan memenuhi salah satu
tugas mata kuliah PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI.
Perkembangan
pendidikan ditentukan oleh perkembangan dari peserta didiknya, oleh karena itu
seorang guru dan para calon guru harus mempersiapkan dan berusaha untuk
meningkatkan kualitas peserta didiknya baik dari segi apektifnya maupun dari
segi kognitifnya. Selain itu juga harus mempersiapkan kemungkinan – kemungkinan
atau masalah yang akan muncul dari peserta didik dan berusaha untuk mencari
penyelesaian masalahnya.
Penyelesaian makalah
ini tentu saja tidak lepas dari dari bantuan berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan ini penyusun ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak
Rahmat M.Pd.I selaku Dosen mata kuliah Pengembangan Kurikulum Pai yang selalu
memberikan ilmu, pengalaman, motivasi;
2. teman-teman
seperjuangan yang telah memberikan semangat, dukungan dan ilmunya;
3. seluruh
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dengan segala kerendahan
hati penyusun menyadari bahwa hasil yang dicapai dari makalah ini, masih jauh
dari sempurna dan banyak kekuranganya, oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penyusun harapkan. Akhir kata penyusun berharap makalah
ini dapat bermanfaat bagi penyusun pribadi maupun pembaca sekalian dan
mudah-mudahan amal baik kita mendapat ridho dan magfiroh-Nya. Amin.
Malang,
10 Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover
…………………………………………………………………………………………...…1
Kata Pengantar
……………………………………………………………………………...…….2
Daftar Isi
………………………………………………………………………………………….3
Bab I
………………………………………………………………………………………………4
Latar Belakang
……………………………………………………………………………………4
Rumusan Masalah ………………………………………………………………………………...4
Tujuan Makalah
…………………………………………………………………………………..5
Kegunaan Makalah
……………………………………………………………………………….5
Bab II Pembahasan
……………………………………………………………………………….6
Organsasi Kurikulum
……………………………………………………………………………..6
Re-Organisasi Kurikulum
……………………………………………………………………….12
Faktor-faktor Kurikulum
…………………………………………………………………….......14
Bab III Penutup
………………………………………………………………………………….16
Kesimmpulan
……………………………………………………………………………………16
Saran
…………………………………………………………………………………………….16
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………………...17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tentu telah kita pahami bahwa kurikulum
merupakan sesuatu yang sangat diperlukan dalam dunia persekolahan. Tanpa adanya
sebuah kurikulum, dipastikan proses pendidikan tidak akan terarah dan dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Guru akan kesulitan menjabarkan
urutan dan cakupan materi pembelajaran yang ditempuhnya, proses pembelajaran
yang diselenggarakan, alat/media yang digunakan, penilaian yang perlu
dilakukan, dsb. Salah satu hal yang penting kurikulum adalah
organisasi kurikulum itu sendiri. Organisasi kurikulum
adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-program
pengajaran yang akan disampaikan kepada murid (Nurgiyantoro, 1988:111). Menurut
Nasution (1982:135), organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk bahan
pelajaran yang disusun dan disampaikan kepada murid-murid. Struktur program
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur horizontal dan struktur
vertikal. Struktur horizontal berkaitan dengan bagaimana bahan/mata pelajaran
diorganisasikan/disusun dalam pola-pola tertentu. Adapun struktur vertikal
berkaitan dengan sistem pelaksanaan kurikulum di sekolah. Melalui
organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan memiliki gambaran
yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan cakupan
materi, penyajian materi, serta peran guru dan murid dalam rangkaian
pembelajaran. Cara pengembang kurikulum mengorganisasikan kurikulum akan
berkaitan pula dengan bentuk atau model kurikulum yang dianutnya. Ketika
Kita ditanya, ”Apa saja yang Kita pelajari semasa di SMP?”, jawaban Kita
umumnya akan mengacu pada nama-nama mata pelajaran yang diajarkan. Kemudian,
bila pertanyaan dilanjutkan dengan “Bagaimana kaitan antar-materi pelajaran
yang Kita pelajari?”, Kita pun bisa jadi akan menjawab, “Wah, kadang-kadang
tumpang tindih. Ada materi yang sudah dipelajari pada mata pelajaran yang satu,
dibahas pula pada mata pelajaran yang lain.” Saudara, ilustrasi tersebut
menggambarkan di antaranya bagaimana sebuah kurikulum diorganisasikan. Namun
demikian, kita menyadari bahwa cara mengorganisasikan kurikulum itu
bermacam-macam. Tidak satu cara. Masing-masing cara memiliki kekuatan dan
kelemahan. Sebagai guru atau pendidik, Kita pun berperan sebagai
pengembang kurikulum yang perlu memahami dengan baik bagaimana kurikulum
diorganisasikan. Oleh karena itu, pada makalah ini kita akan mempelajari
seluk-beluk perngorganisasian kurikulum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut diatas, permasalahan yang akan diteliti dalam makalah
ini adalah.
1. Bagaimanakah cara yang
dilakukan organisasi kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan?
2. Bagaimana strategi
pelaksanaan kurikulum?
C. Tujuan Makalah
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini
adalah :
1. untuk mengetahui
pengertian organisasi kurikulum;
2. untuk mengetahui ciri-ciri
organisasi kurikulum;
3. untuk mengetahui
jenis-jenis organisasi kurikulum;
4. untuk mengetahui kelebihan-kekurangan
organisasi kurikulum;
D. Kegunaan Makalah
Dalam
penyusunan makalah ini, terdapat sesuatu yang bermanfaat bagi penyusun dan
pembaca, baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis penyusun atau
pembaca dapat menambah ilmu pengetahuan yang bisa berguna dalam kehidupan
sehari – hari, berkelompok atau berorganisasi, dan secara praktis penyusun dan
pembaca dapat menjadi suatu acuan yang berguna bagi :
1. Penyusun
a. menambah pengetahuan
tentang organisasi kurikulum;
b. mengetahui bagaimana
cara pencapaian tujuan pendidikan melalui organisasi kurikulum;
2. Pembaca
a. memberikan informasi
tentang organisasi kurikulum dan cara pencapaian tujuan pendidikan melalui
organisasi kurikulum;
BAB II
PEMBAHASAN
ORGANISASI KURIKULUM
A. Bentuk Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum yaitu pola atau bentuk
bahan pelajaran disusun dan disampaikan kepada murid-murid, merupakan suatu
dasar yang penting sekali dalam pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan
tujuan program pendidikan yang hendak dicapai. Hal tersebut dilakukan, karena
bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara
menyajikannya kepada murid-murid.[1]
Ada beberapa bentuk organisasi kurikulum yang masing-masing
memiliki ciri tersendiri, diantaranya :
- Kurikulum
Mata Pelajaran (isolated subjects atau subject matter
curriculum)
Kurikulum Mata Pelajaran merupakan kurikulum yang tertua dan
banyak digunakan disetiap negara. Kurikulum ini digolongkan sebagai bentuk
kurikulum yang masih tradisional. Organisasi ini berbentuk mata-mata pelajaran
yang disajikan dan diberikan kepada para siswa secara terpisah-pisah satu sama
lain.[2]
Ciri-ciri subject matter curriculum diantaranya :
- Terdiri
atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain, masing-masing
berdiri sendiri.
- Tiap
mapel seolah-olah tersimpan dalam kotak tersendiri dan diberikan dalam
waktu tertentu.
- Hanya
bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan dan mengabaikan
perkembangan aspek tingkah laku.
- Tidak
didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapi para siswa.
- Bentuk
kurikulum tidak memperhatikan kebutuhan, masalah, dan tuntutan dalam
masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang.
- Guru
berperan paling aktif, siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam
perencanaan kurikulum dan mengabaikan unsur belajar aktif di kalangan
siswa.[3]
Subject matter curriculum mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya
:
1) Penyajian bahan pelajaran dapat disajikan atau
disusun secara logis dan sistematis.
2) Organisasinya sederhana, dan tidak terlalu sulit
untuk direncanakan dan dilaksanakan.
3) Mudah dievaluasi dan dites.
4) Dapat digunakan dari tingkat sekolah dasar sampai
perguruan tinggi.
5) Guru mempergunakannya lebih mudah.
6) Tidak sulit untuk diadakan perubahan-perubahan.
7) Lebih tersusun dan sistematis.[4]
Subject matter curriculum mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya
:
a) Bahan
pelajaran diberikan atau dipelajari secara terpisah-pisah , yang menggambarkan
tidak ada hubungannya antara materi satu dengan yang lainnya.
b)
Bahan pelajarannya tidak bersifat
actual.
c)
Proses belajar lebih mengutamakan
aktivitas guru dan siswa cenderung pasif
d)
Proses dan bahan pelajaran sangat
kurang memperhatikan bakat, minat, dan kebutuhan siswa.
e) bahan
pelajaran yang sifatnya informasi sebagian besar akan diperoleh siswa dari buku
pelajran dan siswa akan lebih banyak menghafal dalam mempelajari pengetahuan
dan sifatnya terlepas-lepas sehingga kemampuan siswa kurang berkembang.
2.
Kurikulum dengan Mata Pelajaran Berkorelasi (Correlated
Curriculum)
Correlated berasal dari kata correlation yang
dalam bahasa indonesia berati korelasi yaitu adanya hubungan antara satu dengan
yang lainnya. Correlated curriculum Merupakan suatu pengaturan
atau penyusunan mata pelajaran dengan cara menggabungkan dua atau lebih mata
pelajaaran baik yang ada dalam bidang study maupunyang ada dalam bidang study
lain.[5]
Ciri-ciri dari correlated curriculum, antara lain:
- Berbagai
mata pelajaran dikorelasikan satu dengan yang lainnya.
- Sudah
dimulai adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan permasalahan
kehidupan sehari-hari, kendatipun tujuannya masih penguasaan pengetahuan.
- Sudah
mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemampuan para
siswa, meski pelayanan terhadap perbedaan individual masih sangat
terbatas.
- Metode
penyampaian menggunakan metode korelasi, meski masih banyak menghadapi
kesulitan.
- Meski
guru masih memegang peran aktif, namun aktivitas siswa sudah mulai
dikembangkan.[6]
Correlated curriculum mempunyai beberapa
keuntungan, diantaranya :
1) Korelasi memajukan integrasi
pengetahuan kepada murid-murid.
2) Minat murid bertambah apabila ia
melihat hubungan antara mata pelajaran dengan mata pelajaran.
3) Pengertian murid-murid tentang
sesuatu lebih mendalam, bila didapat penjelasan dari berbagai mata pelajaran.
4) Korelasi memberikan pengertian
yang lebih luas karena diperoleh pandangan dari berbagai sudut dan tidak hanya
dari satu mapel saja.
5) Korelasi memungkinkan murid-murid
menggunakan pengetahuan yang lebih fungsional.
6) Korelasi antara mapel lebih
mengutamakan pengertian dan prinsip-prinsip daripada pengetahuan dan penguasaan
fakta-fakta.[7]
Correlated curriculum mempunyai beberapa kekurangan, diantaranya
:
a) Bahan
ajaran yang diberikan kurang sistematis
b)
Kurikulum ini kurang menggunakan bahan pelajaran yang berhubugnan
langsung dengan kehidupan nyata siswa.
c)
Kurikulum ini kurang memeperhatikan minat, bakat, dan kebutuahn siswa.
d) Apabila
prinsip penggabungan belum dipahami, kemungkinan bahan pelajaran yang
disampaikan masih terlalu abstrak
3.
Kurikulum Terintegrasi (integrated curriculum)
Integrasi berasal dari kata integer yang berarti unit. Sedangkan
integrasi merupakan perpaduan, koordinasi, harmoni, dan kebulatan keseluruhan.
Integrated curriculum meniadakan batas-batas antara berbagai mapel dan
menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit/keseluruhan. Apa yang diajarkan di
sekolah disesuaikan dengan kehidupan anak di luar sekolah sehingga dapat
membantu anak dalam mengatasi masalah-masalah kehidupan diluar sekolah.
Integrated curriculum mempunyai beberapa Ciri-ciri, diantaranya
:
- Integrasi
merupakan suatu keseluruhan yang bulat.
- Integrasi
menerobos mata pelajaran .
- Integrasi
didasarkan atas kebutuhan anak.
- Integrasi
didasarkan pada pendapat-pendapat modern mengenai cara belajar.
- Integrasi
memerlukan waktu yang panjang.
6.
Integrasi direncanakan bersama oleh guru dan murid.[8]
Integrated curriculum memiliki beberapa keuntungan, diantaranya
:
1) Segala sesuatu yang dipelajari
dalam unit bertalian erat
2) Sesuai dengan pendapat-pendapat
modern tentang belajar
3) Memungkinkan hubungan yang erat
antara sekolah dengan masyarakat
4) Sesuai dengan paham demokrasi
5) Mudah disesuaikan dengan minat,
kesanggupan dan kematangan murid, sebagai kelompok maupun sebagai individu.[9]
Integrated curriculum memiliki beberapa keuntungan, diantaranya
:
a)
Ditinjau dari ujian akhir atau tes masuk yang uniform, maka kurikulujm
ini akan banyak menimbulkan keberatan
b)
Kurikulum ini tidak memiliki urutan yang logis dan sistematis
c)
Diperlukan waktu yang banyak dan
bervariasi sesuai dengan kebutuhan siswa maupun kelompok
d)
Mempelajari bahan pelajaran melalui pemecahan masalah dengan cara
memadukan beberapa mata pelajaran secara menyeluruh dala menyelesaikan suatu
topic atau permasalahan
e)
Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan bakat,
minat, dan potensi yang dimilikinya secara individu.
f)
Kurikulum di bust oleh guru dan siswa sehingga memerlukan kesiapan dan
kemampuan guru secara khusus dalam pengembnagn kurikulum ini.
g) Bahan
pelajaran tidak bersifat sederhana
h) Dapat
memungkinkan kemampuan yang di capai siswa akan berbeda secara mencolok
4.
Kurikulum Inti (core curriculum)
Merupakan rangkaian pengalaman yang saling berkaitan, direncanakan
secara kontinyu dan terus menerus sebelum dan selama dijalankan, didasarkan
atas masalah atau problema, bersifat pribadi dan sosial dan diperuntukkan bagi
semua siswa termasuk pendidikan umum.[10]
Core curriculum merupakan bagian dari seluruh program pendidikan
yang dianggap penting, fundamental dan essensial yang harus diberikan kepada
setiap murid agar mereka menjadi warga negara yang berharga, berguna serta
efektif. Jadi core curriculum mempunyai arti yang sama dengan pendidikan umum.
Core curriculum mempunyai beberapa
Ciri-ciri, diantaranya :
- Core
pelajaran meliputi pengalaman-pengalaman yang penting untuk pertumbuhan
dan perkembangan semua siswa.
- Core
program berkenaan dengan pendidikan umum untuk memperoleh bermacam-macam
hasil (tujuan pendidikan).
- Berbagai
kegiatan dan pengalaman core disusun dan diajarkamdalam bentuk kesatuan,
tidak dibatasi oleh garis-garis pelajaran yang terpisah.
- Core
program diselenggarakan dalam jangka waktu yang lebih lama.[11]
Core curriculum memiliki beberapa keuntungan, diantaranya
:
- sesuatu
yang dipelajari dalam unit bertalian erat Kurikulum ini sesuai dengan
pendapat-pendapat modern tentang belajar.
- Kurikulum
ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.
- Kurikulum
ini sesuai dengan paham demokrasi.
- Kurikulum
ini mudah disesuaikan dengan minat.[12]
- Prosedur
pengorganisasian Kurikulum
Dalam pemilihan dan re-organisasi isi kurikulum ini diperlukan
suatu prosedur (tata kerja) tertentu yang meliputi:
- Prosedur
Employee
Prosedur ini bersifat umum. Dalam prosedur ini, peran guru sangat
penting, karena pemilihan dan pengorganisasian isi kurikulum ditentukan
berdasarkan penguasaan isi kurikulum tersebut dikalangan guru, baik secara
perorangan maupun kelompok dan harus dipertimbangkan faktor kepercayaan guru
terhadap materi tersebut dalam manfaatnya bagi para siswa.
2.
Prosedur Buku Pelajaran (the
textbook procedure)
Dalam prosedur ini, pemilihan isi kurikulum didasarkan pada materi
yang terkandung didalam sejumlah buku pelajaran yang telah dipilih oleh sebuah
panitia tertentu. Hal ini diasumsikan karena buku-buku tersebut ditulis dan
disusun oleh seorang ahli dalam bidang tertentu. Pada umumnya buku telah
disusun secara sistematis dan logis, maka hal ini dapat mempermudah guru dalam
menjalankan tugasnya, membantu murid dalam mempelajari pelajaran tersebut,
serta memberikan rasa aman pada orang tua.
3.
Prosedur Survei Pendapat
Dalam prosedur ini, pemilihan, pengorganisasian, atau reorganisasi
isi kurikulum dilakukan dengan mengadakan survei atau penelitian terhadap
pendapat berbagai pihak. Cara yang ditempuh adalah dengan mengadakan angket
atau wawancara terhadap berbagai kelompok masyarakat , seperti para ahli, guru,
spesialis dalam pendidikan profesional, pemimpin dan tokoh masyarakat,
masyarakat umum dan para siswa. Hasil dari survei inilah yang kemudian
dijadikan isi kurikulum sekolah.
4.
Prosedur Studi Kesalahan
Prosedur ini dilaksanakan dengan mengadakan analisis terhadap
kesalahan, kekeliruan, dan kelemahan dari pengalaman kurikuler. Misalnya dengan
memerhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku yang diperoleh melalui
kurikulum tersebut. Setelah kelemahan dan kesalahan yang diketahui terjadi
diketahui, dilakukan perbaikan dengan materi kurikulum yang baru.
5.
Prosedur Mempelajari Kurikulum Lainnya
Prosedur ini dapat disamakan dengan metode “tambal sulam”. Dengan
mempelajari kurikulum sekolah lain, guru atau sekolah dapat menerapkan dan
menentukan isi kurikulumn untuk sekolahnya sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.
6.
Prosedur Analisis Kegiatan Orang Dewasa
Melaui prosedur ini, terlebih dahulu diadakan studi terhadap
berbagai kegiatan dalam kehidupan. Hal ini bertujuan untuk menemukan sejumlah
kegiatan yang diperkirakan berguna dipelajari para siswa disekolah. Pada
umumnya berbagai kegiatan yang dianalisis tersebut adalah kegiatan yang berkenaan
dengan pekerjaan atau jabatan yang dilakukan oleh orang dewasa, selanjutnya
diadakan identifikasi terhadap ketrampilan dari setiap jenis atau klasifikasi
kegiatan, sehingga dapat disusun suatu program pengalaman kurikuler untuk
diajarkan disekolah.
7.
Prosedur Fungsi-fungsi Sosial
Prosedur ini berkaitan dengan prosedur analisis kegiatan seperti
yang diuraikan sebelumnya, hanya mempunyai pandangan yang lebih luas.
Masyarakat dewasa melakukan banyak sekali fungsi sosial dalam kehidupannya
sehari-hari .
8.
Prosedur Minat dan Kebutuhan Remaja
Prosedur ini tidak bersifat individualistis, melainkan berdasarkan
interaksi antara individu anak (remja) dan lingkungannya. Melalui interaksi
tersebut, akan muncul berbagai macam minat dan kebutuhan, yang senantiasa
sejalan dengan perkembangan para remaja tersebut.[13]
B.
Faktor-faktor dalam
Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum dapat dipandang sebagai
“one of the most potent factors in determining how learning proceeds” yaitu
salah satu faktor yang paling penting yang menentukan bagaimana belajar akan
berlangsung. Dalam organisasi kurikulum terdapat beberapa faktor yang perlu
mendapat pertimbangan, yaitu:
- Masalah
Scope
Scope atau ruang lingkup kurikulum berkenaan dengan ruang lingkup
kurikulum atau bahan pelajaran yang harus diliputi. Scope menentukan apa yang
akan yang akan dipelajari. Tiap organisasi kurikulum mempunyai scope tertentu
yang saling berbeda, tiap kurikulum menyajikan bahan dan kegiatan serta
pengalaman belajar yang berbeda-beda. Biasanya yang menetukan scope termasuk
sequence (urutan) adalah para ahli pengembang kurikulum dibantu oleh ahli disiplin
ilmu yang bekerja sebagai panitia yang diangkat oleh pemerintah, juga pengarang
buku, penyusun program latihan atau kursus. Adakalanya hingga batas tertentu
diberikan kebebasan kepada guru dan siswa untuk menentukannya.
2.
Masalah squence atau Urutan
Squence menentukan urutan bahan pelajaran yang disajikan, apa yang
dahulu apa yang kemudian, dengan maksud agar proses belajar berjalan dengan
baik. Biasanya guru berpegang pada urutan;
- Dari
mudah kepada yang sulit,
- Dari
yang sederhana kepada yang kompleks,
- Dari
keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau sebaliknya,
- Dari
yang diketahui kepada yang belum diketahui
- Mengikuti
urutan kronologis dalam sejarah daridulu kepada masa sekarang atau
sebaliknya,
- Dari
yang konkret kepada yang abstrak,
- Dari
contoh-contoh konkret kepada generalisasi.
3.
Masalah Kontinuitas
Dengan kontinuitas dimaksudkan bahwa bahan pelajaran senantiasa
meningkat dalam keluasan dan kedalamannya. Dengan bahan yang telah dipelajari
siswa dihadapkan dengan bahan yang lebih kompleks, buah pikiran yang lebih
sulit, nilai-nilai yang lebih tinggi, sikap yang lebih halus, ketelitian
yangyang lebih cermat, oprasi mental yang lebih matang. Bahan yang sama dapat
dipelajari pada tingkat abstrak yang lebih tinggi, dengan menggunakan bahan
yang telah dipelajari sebelumnya.
4.
Masalah Integrasi
Guru yang baik dengan sendirinya akan melakukannya
dalammengajarkan mata pelajaran yang diberikan. Integarsi diharapkan akan
terjadi juga atas usaha individu sendiri. Pengetahuan yang diperolehnya dari
berbagai sumber akan saling dihubungkan, bila menghadapi suatu masalah. Namun
integrasi ini akan dibantu dengan bahan pelajaran yang disajikan secara
terpadu.
5.
Masalah Keseimbangan
Jumlah mata pelajaran dalam kurikulum cukup besar dan cenderung
bertambah lagi dengan timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru. Keseimbangan ini
dapat dipandang dari dua segi, yakni; keseimbangan isi atau tentang apa yang
dipelajari dan keseimbangan cara atau proses belajar. Dalam menentukan
keseimbangan isi, maka perlu dipertimbangkan betapa penting dan perlunya
masing-masing mata pelajaran.
6.
Masalah Distribusi waktu
Kurikulum akhirnya harus dituangkan dalam bentuk mata pelajaran
atau kegiatan belajar beserta waktu yang disediakan untuk masing-masing mata
pelajaran. Sekolah menggunakan sistem kredit akan menggunakan jumlah kredit
yang harus dipenuhi sebagai dasar untuk menentukan jumlah waktu yang
disediakan.[14]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Adapun yang dapat disimpulkan dari makalah ini
adalah Organisasi kurikulum merupakan hal yang terpenting dalam mencapai tujuan
pendidikan, oleh sebab itu pengorganisasian dalam kurikulum sangat diperlukan
dan diharuskan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Melalui
organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan memiliki gambaran
yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan cakupan
materi, penyajian materi, serta peran guru dan murid dalam rangkaian
pembelajaran. Cara pengembang kurikulum mengorganisasikan kurikulum akan
berkaitan pula dengan bentuk atau model kurikulum yang dianutnya.
B.
SARAN
Adapun saran yang ingin
disampaikan adalah :
1. Kepada para pendidik harus mampu
mengorganisasikan kurikulum sehingga tujuan pendidikan bisa dicapai;
2. Kepada para calon pendidik/guru semoga bisa
mengambil pengalaman dari makalah ini mengenai Organisasi Kurikulum dalam
mencapai tujuan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum,
Jakarta: Rineka Cipta,2010.
Hamalik, Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,Bandung
: PT.Remaja Rosdakarya, 2008.
http.//Luqmanmaniabgt.blogspot.com/2012/11/05/macam.macam-kurikulum-organisasi/html/
Nasution, S, Asas-asas Kurikulum, Jakarta :
PT.Bumi Aksara, 2011.
Nasution, S, Pengembangan Kurikulum, Bandung
: PT. Citra Aditya Bakti, 1993.
Nurdin, Syafruddin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan
Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Press,2003.
Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di
Sekolah, Bandung: Sinar Baru Algesindo.
[2] Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di
Sekolah, (Bandung : Sinar Baru Algesindo), hlm. 52
[3] Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,(Bandung
: PT.Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 155-156
[4] Syafruddin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan
Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press,2003), hlm. 45
[6]
Oemar Hamalik, hlm. 157
[14]
S.Nasution, hlm. 118-124
Tidak ada komentar:
Posting Komentar