KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penyusun panjatkan khadirat Alloh SWT yang telah memberikan taufik
dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul DEBAT,
BRAINTORMING, DAN MIND MAPPING. Penyusunan makalah ini bertujuan memenuhi
salah satu tugas mata kuliah METODE PEMBELAJARAN PAI.
Perkembangan
pendidikan ditentukan oleh perkembangan dari peserta didiknya, oleh karena itu
seorang guru dan para calon guru harus mempersiapkan dan berusaha untuk
meningkatkan kualitas peserta didiknya baik dari segi apektifnya maupun dari
segi kognitifnya. Selain itu juga harus mempersiapkan kemungkinan – kemungkinan
atau masalah yang akan muncul dari peserta didik dan berusaha untuk mencari
penyelesaian masalahnya.
Penyelesaian makalah
ini tentu saja tidak lepas dari dari bantuan berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan ini penyusun ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak
Zaidun Naim, M.Pd.I selaku Dosen mata kuliah Pengembangan Kurikulum Pai yang
selalu memberikan ilmu, pengalaman, motivasi;
2. teman-teman
seperjuangan yang telah memberikan semangat, dukungan dan ilmunya;
3. seluruh
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dengan segala kerendahan
hati penyusun menyadari bahwa hasil yang dicapai dari makalah ini, masih jauh
dari sempurna dan banyak kekuranganya, oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penyusun harapkan. Akhir kata penyusun berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun pribadi maupun pembaca sekalian dan
mudah-mudahan amal baik kita mendapat ridho dan magfiroh-Nya. Amin.
Malang,
01 April 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………………………...1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………...2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..3
BAB I……………………………………………………………………………………………...4
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………..4
·
LATAR BELAKANG……………………………………………………………………4
·
RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………4
BAB II…………………………………………………………………………………………….5
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………....5
Ø DEBAT…………………………………………………………………………………...5
Ø BRAINTORMING……………………………………………………………………....7
Ø MIND
MAPPING………………………………………………………………………..9
BAB III1…………………………………………………………………………………………..9
PENUTUP1…………………………………………………………………………………...…19
v KESIMPULAN....………………………………………………………………………19
v SARAN…………………………………………………………………………………..19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...20
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Proses pembelajaran saat
ini kurang memiliki daya tarik. Kurang menariknya pembelajaran karena 2 hal.
Pertama, pembelajaran yang dirancang oleh guru tidak dapat memacu keingintahuan
siswa untuk membedah masalah seputar lingkungan sosialnya sekaligus dapat
membentuk opini pribadi terhadap masalah tersebut. Kedua, guru memposisikan
diri sebagai pribadi yang menggurui, belum memerankan diri sebagai fasilitator
yang membelajarkan siswa.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang
dilaksanakan di lingkup sekolah dibutuhkan berbagai variasi teknik yang harus
dikuasai oleh seorang guru agar proses belajar yang tercipta di kelas menjadi
lebih dinamis dan bernuansa interaktif. Selain itu,
variasi teknik yang digunakan juga harus dapat membantu siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya dalam fase remaja sesuai dengan
pedoman psikologi individu. Beberapa diantara tugas perkembangan tersebut
menjadi landasan terciptanya metode pembelajaran kooperatif yang mengedepankan
kerja sama dari para peserta didik sehingga tercipta nuansa kelas yang dinamis,
interaktif, dan dapat menjadi faktor stimulan agar peserta didik dapat
mengembangkan pola pikir yang kritis.
Hingga saat ini, terdapat berbagai macam model
yang digunakan dari turunan metode pembelajaran tipe kooperatif. Salah satu
dari model yang berkembang dan sering digunakan pada kegiatan belajar mengajar
adalah debat. Debat digunakan pendidik dalam upaya menumbuhkembangkan pola
pikir kritis dan kemampuan kerja sama antar peserta didik dalam bentuk
kelompok. Perkembangan model pembelajaran debat saat ini masih barlangsung,
bahkan model ini diterapkan hingga menjadi jenis kompetisi antar pelajar hingga
tingkat dunia. Oleh karena itu, penulis mencoba membahas metode
pembelajaran debat.
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah
disebutkan, maka yang menjadi permasalahan dan diungkapkan dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
(1) Bagaimana
mekanisme metode pembelajaran debat?
(2) Bagaimana efektivitas metode pembelajaran debat dalam meningkatkan partisipasi siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEBAT
A. PENGERTIAN DEBAT
Berdasarkan
beberapa kajian dan kasus yang dihadapi pada berbagai kondisi, dapat
disimpulkan bahwa debat memiliki pengertian sebagai berikut:
a. Debat
adalah kegiatan argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara individual
maupun kelompok dalam mendiskusikan dan memecahkan suatu masalah. Debat
dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat
dihasilkan melalui voting atau keputusan juri
b. Debat adalah suatu
diskusi antara dua orang atau lebih yang berbeda pandangan, dimana antara satu
pihak dengan pihak yang lain saling menyerang (opositif).
c. Debat
terjadi dimana unsur emosi banyak berperan. Pesertanya kebanyakan hanya hendak
mempertahankan pendapat masing-masing dibandingkan mendengar pendapat dari
orang lain dan berkehendak agar peserta lain menyetujui pendapatnya. Oleh
karena itu, dalam debat terdapat unsur pemaksaan kehendak.
d. Debat adalah
aktivitas utama dari masyarakat yang mengedepankan demokratik.
e. Sebuah
kontes antara dua orang atau grup yang mempresentasikan tentang argumen mereka
dan berusaha untuk mengembangkan argumen dari lawan mereka.
B. METODE PEMBELAJARAN DEBAT
Pada tingkat
sekolah menengah atas, pola pikir siswa harus mulai dibangun membentuk karakter
yang kritis dan cepat tanggap terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya.
Biasanya, ketika siswa diajak memecahkan suatu kasus permasalahan yang menuntut
sebuah keputusan untuk diambil, akan terbagi menjadi 3 buah kubu. Siswa kubu
pendukung suatu keputusan (biasanya disebut kelompok Pro), siswa kubu penolak
(kelompok Kontra), dan kubu netral yang mengambil sikap “cari aman” dengan
tidak memilih pihak manapun.
Dengan
pembelajaran metode debat, siswa dibentuk menjadi hanya dua jenis kelompok
yaitu Pro dan Kontra. Berikut ini adalah langkah-langkah debat yang biasanya
diterapkan di kelas dalam lingkup sekolah menengah atas:
1.
Guru membagi siswa menjadi dua kelompok peserta debat, yang satu pro dan yang
lainnya kontra.
2.
Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan diperdebatkan oleh kedua
kelompok di atas.
3.
Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro
untuk berbicara saat itu, kemudian setelah selesai ditanggapi oleh kelompok
kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan
pendapatnya.
4.
Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap
pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.
5.
Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkapkan.
6.
Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat
kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
Dengan adanya
acuan teknis diatas, dapat dilihat bahwa model debat mengadopsi gabungan dari
beberapa metode pembelajaran seperti Diskusi, Ceramah, dan Pembelajaran
Kooperatif.
C. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE DEBAT
Beberapa
kelebihan dari model pembelajaran debat diantaranya adalah:
1) Memantapkan pemahaman
konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.
2) Melatih siswa
untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan.
3) Melatih siswa
untuk berani mengemukakan pendapat.
Selain itu juga
terdapat kekurangan dalam model pembelajaran debat, diantaranya adalah:
1) Ketika
menyampaikan pendapat saling berebut.
Terjadi debat kusir yang tak kunjung selesai
bila guru tidak menengahi.
Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif
tapi yang kurang pandai berargumen hanya diam dan pasif.
2)
Menghabiskan banyak waktu untuk melakukan sesi debat antar kelompok.
3)
Perlunya tema yang mudah dipahami oleh siswa.
4)
Tema haruslah dapat diperdebatkan.
5)
Perataan siswa dalam kelompok terkadang tidak heterogen.
2.
BRAINSTORMING
A. Pengertian
Model Pembelajaran Brainstorming
Model
pembelajaran Brainstorming dipopulerkan oleh Alex Faickney Osborn
dalam bukunya Applied Imagination pada tahun 1953. Osborn mengemukakan
bahwa kelompok dapat menggandakan hasil kreatifnya dengan Brainstorming.
Brainstorming bekerja dengan cara fokus pada masalah, lalu selanjutnya
dengan bebas bermunculan sebanyak mungkin solusi dan mengembangkannya sejauh
mungkin.[1]
Salah satu alasan mengapa model pembelajaran
ini efektif adalah para pemberi ide tidak hanya memberikan ide-ide baru, tetapi
juga penggabungan dengan ide-ide orang lain dengan mengembangkan dan
memperbaiki ide-ide tersebut. Istilah lain dari Brainstorming adalah
curah pendapat.
Model
pembelajaran Brainstorming (curah pendapat) adalah suatu model dalam
pembelajaran untuk menghasilkan banyak gagasan dari seluruh siswa dalam
kelompok diskusi yang mencoba mengatasi segala hambatan dan kritik. Kegiatan
ini mendorong munculnya banyak gagasan, termasuk gagasan yang sembarangan,
kurang masuk akal, liar dan berani dengan harapan bahwa gagasan tersebut dapat
menghasilkan gagasan yang kreatif.
Brainstorming sering
digunakan dalam diskusi kelompok untuk memecahkan masalah bersama. Brainstorming
juga dapat digunakan secara individual. Sentral dari Brainstorming
adalah konsep menunda keputusan. Dalam Brainstorming siswa dituntut
untuk bisa menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya.
B. Aturan dasar
dalam Brainstorming
Terdapat empat
aturan dasar dalam Brainstorming , yaitu:
- Focus on
quantity atau fokus pada kuantitas. Asumsi yang
berlaku disini adalah semakin banyak ide yang dihasilkan, semakin besar
pula kesempatan untuk menghasilkan solusi yang radikal dan efektif.
- Withhold
criticism atau penundaan kritik. Dalam Brainstorming,
kritikan atas ide yang muncul akan ditunda. Penilaian dilakukan di akhir
sesi, hal ini untuk membuat para siswa merasa bebas untuk memunculkan
berbagai macam ide selama pembelajaran berlangsung.
- Welcome
unusual ideas atau sambutan terhadap ide yang tak
biasa. Ide yang tak biasa muncul disambut dengan hangat. Bisa jadi, ide
yang tak biasa ini merupakan solusi masalah yang akan memberikan
perspektif yang bagus untuk kedepannya.
- Combine
and improve ideas atau kombinasikan dan perbaiki ide-ide.
Ide-ide yang bagus dapat dikombinasikan menjadi satu ide yang lebih baik.
C.
Langkah-langkah Pembelajaran Brainstorming
Selanjutnya
langkah-langkah model pembelajaran Brainstorming adalah sebagai berikut:
- Tahap
Pemberian informasi dan motivasi (Orientasi)
Guru menjelaskan masalah yang dihadapi beserta
latar belakangnya dan mengajak siswa aktif untuk menyumbangkan pemikirannya.
- Tahap
Identifikasi (Analisa)
Pada tahap ini siswa diundang untuk memberikan
sumbang saran pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua saran yang masuk ditampung,
ditulis dan tidak dikritik. Pimpinan kelompok dan peserta hanya boleh bertanya
untuk meminta penjelasan. Hal ini agar kreativitas siswa tidak terhambat.
- Tahap
Klasifikasi (Sintesis)
Semua saran dan masukan peserta ditulis.
Langkah selanjutnya mengklasifikasikan berdasarkan kriteria yang dibuat dan
disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bisa berdasarkan struktur/ faktor-faktor
lain.
- Tahap
Verifikasi
Kelompok secara bersama melihat kembali sumbang
saran yang telah diklasifikasikan. Setiap sumbang saran diuji relevansinya
dengan permasalahannya. Apabila terdapat sumbang saran yang sama diambil salah
satunya dan sumbang saran yang tidak relevan bisa dicoret. Kepada pemberi
sumbang saran bisa diminta argumentasinnya.
- Tahap
Konklusi (Penyepakatan)
Guru/pimpinan kelompok beserta peserta lain
mencoba menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang disetujui.
Setelah semua puas, maka diambil kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah
yang dianggap paling tepat.
D. Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran Brainstorming
Kelebihan dan
kekurangan model pembelajaran Brainstorming adalah sebagai berikut:
1.
Kelebihan Model Brainstorming
- Ide yang
muncul lebih banyak dan beragam karena siswa dengan bebas menyalurkan ide
tersebut tanpa adanya kritik;
- Siswa
berpikir untuk menyatakan pendapat karena kreatifitas tidak dibatasi;
- Dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa;
- Melatih
siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis dengan waktu yang terbatas;
- Apabila
ada siswa yang kurang aktif akan mendapat bantuan dari temannya yang sudah
pandai atau dari guru secara langsung;
- Dapat
meningkatkan motivasi dalam belajar
2.
Kekurangan Model Brainstorming
- Memerlukan
waktu yang cukup lama dalam pelaksanaannya;
- Lebih
didominasi oleh siswa pandai dan aktif, sementara siswa yang kurang pandai
dan kurang aktif akan tertinggal;
- Guru tidak
pernah merumuskan suatu kesimpulan karena siswalah yang bertugas untuk
merumuskan kesimpulan itu;
- Tidak
menjamin terpecahkannya suatu masalah, karena siswa tidak tahu pendapat
yang dikemukakannya itu benar atau salah.
3. MIND MAPPING
1. Pengertian Mind
Mapping
Mind mapping atau peta pikiran adalah suatu tekhnik
pembuatan catatan-catatan yang dapat digunakan pada situasi, kondisi tertentu,
seperti dalam pembuatan perencanaan, penyelesaian masalah, membuat ringkasan,
membuat struktur, pengumpulan ide-ide, untuk membuat catatan, kuliah, rapat,
debat dan wawancara.[2]
Konsep Mind mapping asal mulanya
diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Menurutnya mind map adalah
sistem penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk
perpustakaan raksasa, yang sebenarnya ada dalam otak manusia yang menakjubkan.[3] Mind
map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambil informasi keluar otak-Mind Map adalah cara mencatat yang
kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita.
Pemetaan pikiran yang dikemukakan oleh Buzan ini
didasarkan pada kenyataan bahwa otak manusia terdiri dari satu juta juta sel
otak atau setara dengan 167 kali jumlah manusia di bumi, sel-sel otak tersebut
terdiri dari beberapa bagian, ada bagian pusat (nukleus) dan ada sejumlah
bagian cabang yang memencar ke segala arah, sehingga tampak seperti pohon yang
menumbuhkan cabang ke sekelilingnya.[4]
Kita bisa membandingkan mind map dengan
peta kota. Pusat mind map miripdengan pusat kota. Pusat mind map
mewakili ide terpenting. Jalan-jalan utama yang menyebar dari pusat mewakili
pikiran-pikiran utama dalam proses pemikiran kita, jalan-jalan sekunder
mewakili pikiran-pikiran sekunder, dan seterusnya. Gambar-gambar atau
bentuk-bentuk khusus dapat mewakili area-area yang menarik atau ide-ide menarik
tertentu.
Sama seperti peta jalan, Mind Map akan :
Mind Map juga merupakan
peta rute yang hebat bagi ingatan,
memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara
kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan
lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada mengunakan tekhnik pencatatan
tradisional.
Konsep ini dikategorikan ke dalam teknik
kreatif, karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan
imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind
mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind
mapping, dia akan semakin kreatif. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau
kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral
tersebut. Mind mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan
ide terpendam yang siswa miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut.
Catatan yang siswa buat membentuk sebuah pola gagasan yang saling berkaitan,
dengan topik utama ditengah dan sub topik dan perincian menjadi cabang-cabangnya,
tekhnik ini dikenal juga dengan nama Radian Thinking. [5]
Dengan membuat sendiri peta pikiran siswa
“melihat” bidang studi itu lebih jelas, dan mempelajari bidang studi itu lebih
bermakna. Para siswa cenderung lebih mudah belajar dengan catatannya sendiri yang
menggunakan bentuk huruf yang mereka miliki dan ditambah dengan pemberian warna
yang berbeda disetiap catatan mereka. Dibandingkan dengan membaca buku teks
mereka merasa kesulitan ketika persiapan akan menghadapi ujian.
Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi
membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya,
menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Metode ini mempermudah
memasukan informasi kedalam otak dan untuk kembali mengambil informasi dari
dalam otak. Mind mapping merupakan teknik yang paling baik dalam
membantu proses berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis
yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan
kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak.[6] Dengan
metode mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.
Berikut adalah
perbedaan antara Tulisan Biasa dan Mind Map :
a. Tulisan Biasa
b. Mind Mapp
Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind
mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar
visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang
terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak
maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk
informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna,
simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang
diterima.
Peta pikiran
yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena
berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya.
Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada
saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam
proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar
siswa terutama dalam proses pembuatan mind mapping.[7]
2. Prinsip dan
Ciri mind mapping
Mind mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan
menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan
dengan menggunakan teknik pohon. Mind mapping ini didasarkan pada
detail-detail dan suatu peta pikiran yang mudah diingat karena mengikuti pola
pemikiran otak.
Semua mind
map mempunyai kesamaan. Semuanya menggunakan warna. Semuanya memiliki
struktur alami yang memancar dari pusat. Semuanya menggunakan garis lengkung,
simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian Turan yang sederhana,
mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak. Dengan mind map,
daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni,
sangat teratur dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami
otak dalam melakukan berbagai hal.[8]
Rose dan
Malcolm menambahkan strategi visual ini mempunyai beberapa ciri, diantaranya
sebagai berikut :
a. Menginat orang
melalui penglihatan, mengingat kata-kata dengan melihat tetapi perlu waktu yang
lebih lama untuk mengingat susunan atau urutan abjad jika tidak disebutkan
awalnya.
b. Jika memberi
atau menerima penjelasan arah lebih suka memakai peta/gambar.
c. Aktifitas
reatif : menulis, menggambar, melukis merancang.
d. Mempunyai
ingatan visual yang bagus, dimana ketika kita ingat saat meninggalkan sesuatu
dalam beberapa hari yang lalu. [9]
Menurut Buzan,
teknik pembuatan catatan dan pengelompokan pikiran yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan seluruh otak yang harus menyertakan tidak hanya kata-kata,
angka, rangkaian dan juga garis-garis tetapi juga dengan warna, gambar-gambar,
dimensi , simbol-simbol itulah peta pikiran atau mind mapping.[10]
B. Langkah-Langkah Pembuatan Mind Mapp
Hal-hal yang harus dipersiapkan ketika akan
membuat atau menggunakan metode mind mapping adalah :
Hal-hal
yang harus diperhatikan ketika akan membuat mind map, bahan bacaan yang
berasal dari buku teks,[11]
yaitu :
ð Membaca teks secara keseluruhan
Dengan
membaca teks secara menyeluruh maka akan mengetahui isi cerita. Sewaktu membaca
teks beri tanda pada kata-kata yang dianggap penting untuk mencatat di mind
map;
ð Mengenali tipe teks
Sebelum
membuat mind map, maka harus menemukan desain yang cocok untuk
masing-masing teks yang spesifik. Setelah membaca teks maka akan mengetahui
desain yang sesuai untuk mind map yang akan dibuat. Secara sederhana
sebuah teks dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok:
o Komparasi
(perbandingan)
Sebuah teks
dikategorikan komparasi apabila teks tersebut terdapat perbandingan antara A
dan B, antara yang baik dan yang jelek
dan sebagainya.
o Kronologi atau
rangkaian peristiwa
Teks tersebut
mempunyai sebuah awal dan akhir yang jelas, misalnya biografi, sejarah, proses
dan sebagainya. Desain ini biasanya sesuai dengan arah jarum jam.
o Presentasi
(paparan)
Apabila cerita
tanpa permulaan atau akhir yang jelas, apabila kata-kata dipaparkan tanpa
urutan yang khusus, maka bisa didesain sesuai dengan keinginan.
ð Menulis mind
map
Pada
saat membaca maka telah memperoleh kata-kata penting yang telah diberi tanda,
tahap ini adalah tahap menulis kata-kata penting pada mind map. Setelah
menulis kata utama maka dihubungkan dengan garis hubung pada kata-kata yang
menjadi cabang dari kata-kata utama.
Adapun langkah-langkah pembuatannya adalah
sebagai berikut :
1. Letakan kertas kosong tak bergaris dengan sisi
panjang mendatar.
2. Buat gagasan utamanya baik dalam tulisan,
gambar atau foto untuk ide sentral.
3. Hubungkan cabang-cabang utama ke topik utama
dan hubungkan cabang-cabang utama pada ranting-ranting yang merupakan sub topik
utama. Jumlah cabang akan bervariasi
tergantung jumlah sub pokok pada materi tersebut. Usahakan setiap garis-garis
cabang yang saling berhubungan hingga ke pusat gambar dibentuk tidak lurus agar
tidak membosankan. Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu
bergerak menjauh dari gambar utama untuk menandakan hirarki atau tingkat
kepentingan dari masing-masing garis.
4. Gunakan warna.
5. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis
C. Kelebihan dan Kekurangan Mind Mapping
Menurut Mike
Hernacki dan Bobbi Deporter, mind mapping memiliki manfaat diantaranya :
ð Fleksibel
Didalamnya jika seorang pembicara tiba-tiba
teringat untuk menjelaskan suatu hal tentang pemikiran, Anda dapat dengan mudah
menambahkannya di tempat yang sesuai dalam Peta Pikiran Anda tanpa harus
kebingungan.
ð Dapat memusatkan pikiran
Anda tidak perlu berfikir untuk menangkap
setiap kata yang dibicarakan. Sebaliknya, Anda dapat berkonsentrasi pada
gagasannya.
ð Meningkatkan pemahaman
Ketika membaca suatu tulisan atau laporan
tekhnik, Peta Pkiran akan meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan
tinjauan ulang yang sangat berarti nantinya.
ð Menyenangkan
Imajinasi dan kreativitas Anda tidak terbatas
dan hal itu menjadikan pembuatan dan peninjauan ulang catatan lebih
menyenangkan.
Sedangkan
menurut Buzan, mind map dapat membantu kita dalam sangat banyak hal.
Berikut beberapa diantaranya :
ð Merencana.
ð Berkomunikasi.
ð Menjadi lebih kreatif.
ð Menghemat waktu.
ð Menyelasikan masalah.
ð Memusatkan perhatian.
ð Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran.
ð Mengingat dengan lebih baik.
ð Belajar lebih cepat dan efisien.
ð Melihat “gambar keseluruhan”.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa beberapa kelebihan saat menggunakan teknik
mind mapping ini, yaitu :
ð Mind
Map mampu meningkatkan kapasitas
pemahaman dengan cara:
o
Melihat gambaran besar suatu
persoalan sekaligus melihat informasi secara detail
o
Mengingat informasi yang kompleks
lebih mudah. Informasi tersebut telah dikelompokkan sesuai dengan cara
seseorang mengingat termasuk hubungannya dengan subjek yang sama atau berbeda.
o
Mengatasi informasi yang membludak
karena telah ditata dan dikelompokkan sedemikan rupa. Secara mental hal ini
juga membuat seseorang lebih terorganisir dan runtut dalam memahami sebuah
persoalan.
ð Mind Map mampu meningkatkan kemampuan
seseorang dalam berimajinasi, mengingat, berkonsentrasi, membuat catatan,
meningkatkan minat sekaligus mampu menyelesaikan persoalan. Hal ini dicapai
karena Mind Map mengajarkan untuk melihat persoalan secara keseluruhan dan
melihat hubungannya satu sama lain. Ini yang paling sulit dilakukan dalam
catatan konvensional. Tidak hanya itu, dengan catatan ini maka manajemen
belajar pun menjadi lebih mudah. Informasi baru dapat ditambahkan, dihubungkan,
dan diasosiasikan kapan saja dengan informasi yang sudah ada sebelumnya.
ð Mind
Map dapat merangsang sisi kreatif
seseorang lewat penggunakan garis lengkung, warna dan gambar. Ini membuat
sebuah catatan sekaligus menjadi karya seni yang indah. Secara mental akan
memudahkan kita untuk mengingatnya. Mind Map akan merangsang kemampuan
membandingkan informasi yang ada baik berupa fakta, ide termasuk data
statistik.
ð Mind
Map membantu seseorang membuat catatan yang menarik dalam waktu singkat. Selain
itu, catatan ini mampu membuka pemahaman yang baik dan sisi kreatif dengan
merangsang munculnya ide-ide dan insight baru, bahkan pada saat membuat catatan
itu sendiri. Mind Map dapat pula menjelaskan sebuah tujuan, rencana, ide,
maupun pemikiran secara jelas dan terstruktur.
ð Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan
ide-ide yang muncul dikepala anda atau mengingat detail secara mudah.
ð Melihat hubungan antara gagasan dan konsep.
ð Proses mengganbar diagram bisa memunculkan
ide-ide yang lain.
ð Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi
panduan untuk menulis.
ð Bekerjasama dengan otak siswa, bukan
bertentangan dengannya.
ð Menyingkirkan “format outline” yang
membosankan, selamanya
ð Dapat mengoptimalakan otak kanan dan otak kiri,
karena mind map bekerja dnegan gambar, warna dan kata-kata sederhana.
ð Dapat menghemat catatan, karena dengan mind map
bisa meringkas satu bab materi dalam setengah lembar kertas
ð Pembelajaran terkesan lebih efektif, dan
efisisien, karena pada dasarnya cara kerja mind map sama dengan cara kerja
dasar otak, yaitu tidak tersusun sistematis, namun lebih pada bercabang-cabang
seperti pohon.
ð Pola ini dapat mempermudah proses recall pada
setiap apa yang pernah dipelajari.
ð Dapat meningkatkan daya kreatifitas siswa dan
guru, karena siswa/guru akan terangsang untuk mebuat gambar-gambar atau
warna-warna pada mind map agar terlihat lebih menarik.
ð Mempertajam daya analisa dan logika siswa,
karena siswa tidak lagi dituntut untuk mencatat buku sampai habis kemudian
menghapalnya. Namun lebih kepada pemahaman dan kreatifitas untuk dapat
menghungkan topic umum dengan sub-sub topic bahasan.
Sedangkan kekurangan model pembelajaran mind
mapping:
ð Hanya siswa yang aktif yang terlibat
ð Tidak sepenuhnya murid yang belajar
ð Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
1. Metode
pembelajaran debat termasuk metode pembelaran yang interaktif dan memaksa
siswanya untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
2. Metode
pembelajaran debat efektif dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa
Model pembelajaran Brainstorming (curah
pendapat) adalah suatu model dalam mengajar yang dilaksanakan oleh guru di
dalam kelas dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa
menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah
tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai
suatu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok siswa dalam kegiatan
diskusi.
2. SARAN
1. Hendaknya
sebagai guru kita selalu mencari inovasi baru dalam pembelajaran baik di dalam
kelas maupun di luar kelas
2. Pembelajaran
dengan menggunakan metode debat dapat dijadikan suatu cara untuk meningkatkan
partisipasi belajar siswa
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2007.
Kumpulan abstrak jurnal landasan. (Online),
http://kp2dkotabanjarbaru.com/?page_id=2, diakses
27 Maret 2012.
Anonim2. 2011. Hubungan Motivasi Belajar dan Prestasi
Belajar Siswa Kelas IV SDN Ngaringin III Blitar, (Online), (http://www.scribd.com/doc/40716866/KTISkripsi-HubunganmotivasibelajardenganprestasibelajarsiswakelasIVSDNNgaringinIIIBlitar), diakses 30
Juli 2012.
Sardiman. 2004.
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta
: PT RajaGrafindo Persada.
Sulaeman. 2011.
Revolusi dan Inovasi Pembelajaran Melalui
Mobile Learning, (Online), (http://www.ispi.or.id/2011/03/20/revolusi-dan-inovasi-pembelajaran-melalui-mobile-learning/, diakses 7
Maret 2012..
Widodo,
Rachmad. (2009). Metode Pembelajaran Debate (Debat). (Online, alamat: http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/06/model-pembelajaran-debate-debat/,diakses:
30 Januari 2013).
Yuanita, Eva.
(2010). Model Pembelajaran Debat. (Online, alamat:
http://rhum4hnd3soq.blogspot.com/2010/10/model-pembelajaran-debat-dan-word.html,
diakses: 30 Januari 2013).
Alex Faickney Osborn, Applied Imagination,(1953)
Svantesson, (2004)
Buzan, (2009)
Deporter dan Hernacki, (2011)
Prayudi, (2008)
Iwan Sugiarto, (2004)
Rose dan Malcolm, (2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar